Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tsunami Aceh 16 Tahun Lalu

27 Desember 2020   22:15 Diperbarui: 27 Desember 2020   22:36 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Waktu itu 26 Desember 2004 pukul 08.58 WIB terjadi bencana alam gempa bumi yang sangat besar yang guncangannya berskala 9,1 -9,3. Gempa bumi magethrust bawah laut memicu serangkaian tsunami yang mematikan di sepanjang pesisir daratan yang berbatasan dengan samudera Hindia. Gelombang tsunami yang mencapai 30 meter tingginya dan menewaskan 230.000 hingga 280.000 jiwa di 14 negara. 

Indonesia negara yang paling terdampak selain Srilanka, India dan Thailand, tepatnya di wilayah Aceh dan Nias. Telah meluluh lantakkan wilayah daratan hingga radius yang cukup jauh dari bibir pantai. Begitu hebatnya bencana tersebut sehingga banyak korban berjatuhan, yang meninggal maupun terluka.

Banyak teman yang bercerita kalau teman dan keluarga mereka juga yang tinggal di Aceh menjadi korban bahkan ada yang sampai satu keluarga bahkan keluarga besar meninggal. Total korban jiwa meninggal mencapai 167.000 orang, jumlah yang amat besar (kompas.com). Benar-benar bencana dahsyat yang sangat memukul saudara kita di Aceh khususnya, Indonesia umumnya.

Mendengan kabar yang begitu mengagetkan dan memilukan, saya yang saat itu sebagai kader Demokrat melakukan upaya mengakomodir relawan dan bantuan obat-obatan yang dibutuhkan bagi korban gempa/tsunami Aceh. Kebetulan ada teman yang mencarter pesawat untuk membawa bantuan ke Aceh dan menawarkan agar Demokrat bergabung dalam penerbangan tersebut, karena pesawat sangat besar.

Akhirnya saya kondisikan dengan pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat (DPP PD) saat itu (Bapak Surato) dan kami rencanakan serta atur untuk bisa ikut sebagai bentuk kepedulian Demokrat bagi masyarakat Aceh.

Akhirnya empat hari setelah tsunami kami semua sebagai relawan berangkat ke Aceh, begitu akan landing saya melihat pemandangan sekitar bandara di kecamatan Blang Bintang begitu indah dengan pegunungan dan alam yang hijau subur. Begitu mendarat, sayangnya kami semua tidak bisa masuk ke wilayah bencana lebih jauh akibat akses terputus, kami hanya sampai di penguburan massal dekat bandara.

Banyak sekali mayat yang dikuburkan setelah dikafani, jumlahnya ratusan mayat dengan lubang kubur yang sangat besar serta tentunya sangat bau amis, karena korban meninggal sejatinya sudah menjadi bangkai.

Karena tidak tahan, akhirnya kami memutuskan segera kembali ke bandara untuk melihat area tempat menyimpan bantuan berupa obat-obatan yang jumlahnya sangat banyak karena ada bantuan dari negara lain/internasional. Setelahnya, karena tidak banyak yang bisa kami lakukan selain mengantarkan bantuan dan relawan, dengan pesawat yang sama kami kembali ke Jakarta.

Kemudian dua minggu setelah tsunami, resmi dari DPP PD berangkat lagi ke Aceh untuk meninjau situasi terkini saat itu serta membersihkan dari mayat-mayat terakhir yang masih tertinggal. Suasana pantai begitu hening semilir angin sepoi-sepoi seolah kedamaian tercipta, padahal baru saja terjadi tsunami yang telah meratakan semua bangunan di sekitarnya.

Bekas pondasi perumahan dan foto-foto keluarga yang tertinggal, boneka anak-anak, mayat yang masih ada satu dua mengapung di air, kapal yang naik ke daratan, bangkai manusia di pinggir pertokoan yang dikerumuni lalat sangat banyak, bau amis bangkai yang menyengat, memang situasi yang benar-benar hancur.

Akhirnya kami berkumpul ke posko Demokrat (saat itu diketahui rumah tersebut adalah rumah milik pak Nova, gubernur Aceh sekarang) telah banyak relawan di sana berkumpul setelah mereka melakukan tugas utama mengangkat mayat-mayat yang masih terlihat di daratan. Kami langsung mengambil peran dalam situasi seperti ini ke dapur untuk menyiapkan makanan bagi para relawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun