Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemimpin Itu Perekat Pemersatu Bangsa

19 September 2020   15:00 Diperbarui: 19 September 2020   15:05 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apapun alasannya, faktanya kader partai politik (parpol) berhasil dan sudah memasuki periode kedua masa kepemimpinannya dalam menjalankan amanah rakyat dengan segala lebih dan kurangnya, ialah Presiden Republik Indonesia (RI) saat ini disukai atau tidak.

Bahkan dalam situasi pandemik seperti ini luapan kemarahan kelompok yang bersebrangan masih terus terjadi, bekerja baik saja masih dikritik apalagi jika salah membuat keputusan maka muncullah kritikan yang dirasakan bukan lagi spirit membangun bersama tetapi sudah merendahkan martabat pribadi pemimpin. Alangkah tepat jika yang dikritik adalah kebijakannya yang tidak sesuai spirit konstitusi. 

Jika sudah menyasar pribadi, maka itu sama dengan merendahkan diri sendiri secara tak langsung. Mereka bertindak sudah melampaui batas kuasa sang pencipta hidup. 

Miris melihat kondisi seperti ini semakin menjadi-jadi dan seperti ada rasa kebanggan tersendiri seolah-olah sudah membela negaranya dengan selalu berteriak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati tapi di sisi lain saudara sebangsa terluka hatinya karena ucapan yang tidak terkendali.

Pada masa  kepemimpinan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  sebagai Presiden pertama RI yang dipilih secara demokrasi, juga mengalami hal yang sama namun saat itu pemerintah tetap berfokus pada kinerja, tugas dan tanggung jawab. 

Karena tentunya sebagai Presiden tanggung jawab tersebut amat besar dan harus diselesaikan dengan cepat dan baik mengingat Indonesia memiliki luas wilayah yang amat besar dengan jumlah penduduk yang juga besar, tentu dibutuhkan waktu dan energi yang besar pula untuk bisa menyelesaikan banyak persoalan bangsa yang muncul. 

Memang sesekali saat itu Bapak SBY merasa marah dengan kritikan yang dianggap sudah melampaui batas kemanusiaan, tetapi kemudian tidak memperpanjangnya dengan terus membuktikan/mewujudkan kebijakan yang menyentuh rasa adil bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Saat ini di masa kepemimpinan Jokowi, terasa sekali aura negatif terus menerus dilemparkan oleh kelompok orang yang menganggap kinerja Jokowi tidak sesuai harapan. 

Apakah karena saat di awal sebelum menjadi presiden banyak orang berharap bahwa kepemimpinan Jokowi dapat menyelesaikan persoalan bangsa yang tidak kunjung hilang seperti korupsi. 

Namun kenyataannya tidak semudah itu, terlalu banyak kaitannya dengan lembaga lain untuk mewujudkan kinerja maksimal, kesulitan muncul jika sinergitas dan koordinasi serta  sumber daya manusia (SDM) tidak sejalan sehingga waktu berlalu begitu saja, dibutuhkan ketegasan yang maksimal dari pemimpin/Presiden.

Kemudian kebijakan pemerintah untuk menutupi APBN dengan hutang menambah rasa khawatir rakyat,  bagaimana ke depan dapat membayar hutang-hutang tersebut yang bunganya saja cukup besar. 25% anggaran dari APBN diperuntukkan membayar hutang luar negeri dan 50% nya dari pembayaran hutang tersebut untuk membayar bunganya saja. Jika demikian kapan hutang itu akan lunas jika melihat kondisi negara seperti ini ditambah adanya wabah virus yang sangat menyulitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun