Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Indonesia Harus Berkarakter Dalam Mendukung Kebangkitan Nasional

20 Mei 2020   20:15 Diperbarui: 20 Mei 2020   20:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 disebutkan bahwa membentuk suatu pemerintahan Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk menjabarkan maksud dari alinea tersebut maka pemerintah mencanangkan penekanan pada dunia pendidikan. Pendidikan harus menjadi gerbang utama untuk keluar dari kegelapan, kebodohan dan kedzoliman.

Upaya yang dilakukan pemerintah hingga saat ini masih sangat besar fokus perhatian pada pendidikan sebagai jalan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Dengan kualitas SDM yang mumpuni diharapkan negara lebih mudah maju dan dapat mewujudkan kehidupan berbangsa yang lebih damai dan harmoni.

Anggaran yang sangat besar yang dikeluarkan oleh pemerintah utamanya sejak era reformasi, mengalami peningkatan menjadi 20% dari APBN (anggaran terbesar dari semua belanja negara). Kebijakan menaikkan anggara pendidikan yang sangat besar harus mampu menciptakan generasi yang memiliki kemampuan besar dalam mengatasi persoalan yang muncul akibat dinamika kehidupan yang terus berkembang serta mampu menciptakan inovasi-inovasi untuk menjawab tantangan hidup yang tidak terduga. Dengan anggaran yang sangat besar harapannya mampu menghasilkan output SDM yang lebih baik, berkarakter, memiliki kepedulian tinggi terhadap yang terjadi di lingkungannya, berani mengeksekusi serta mengambil resiko, mandiri serta bertanggung jawab. 

Sejatinya setiap WNI memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang layak dan membentuk karakter anak didik karena tantangan, ancaman, gangguan ke depan semakin besar dan tidak dapat diprediksi. 

Namun sejak dianggarkannya belanja pendidikan yang begitu besar hingga saat ini ternyata belum dirasakan adanya peningkatan kualitas SDM yang diharapkan. Padahal sarana dan prasarana serta fasilitas pendidikan cukup tersedia baik. Bangunan-bangunan sekolah yang kokoh dan bagus untuk mendukung kebutuhan/proses belajar, Perguruan Tinggi negri yang memiliki fasilitas standar nasional/internasional, fakultas/jurusan yang lengkap dan didukung staf pengajar yang berkualitas baik harapannya mampu mewujudkan karakter bonus demografi yang mandiri. Namun masih banyak SDM yang setelah tamat sekolah/kuliah saat mencari pekerjaan menggantungkan harapannya kepada pemerintah. Fungsi pendidikan bagi kemajuan suatu negara harus mampu mengubah kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya di semua sisi. 

Pola belajar yang selama ini selalu diakhiri dengan adanya Ujian Nasional (UN) yang menjadi pro dan kontra di masyarakat, agar ditiadakan saja. Dianggap tidak berguna, masa pendidikan yang begitu lama hanya ditentukan oleh nilai UN, itu sama saja dengan mengganjal hak dasar setiap anak untuk mendapatkn pendidikan sebagai mana mestinya sebagai warga negara. Saatnya mengubah pola lama mengingat tidak memberikan perubahan signifikan terhadap karakter SDM Indonesia. UN bisa diganti dengan pola sebaliknya, murid/pelajar yang membuat pertanyaan dan guru memberikan jawaban sesuai dengan logika pendidikan bahwa guru tentu yang lebih tahu untuk menjawab pertanyaan dari murid/pelajar. Dari pertanyaan yang diajukan tersebut di akhir pendidikan mereka, membuktikan mereka paham dengan materi yang selama ini mereka dapatkan, membuat pertanyaan lebih menjamin membuat mereka berkarakter karena lebih mudah memahami. 

Dede Yusuf Macan Effendi sebagai wakil ketua komisi IX DPR RI dari partai Demokrat, sangat peduli dan memperhatikan kualitas dunia pendidikan Indonesia dalam mencetak karakter bagi anak didik. Utama dalam situasi tidak normal seperti saat ini karena covid-19, menekankan agar pendidikan Indonesia yang juga di era global dan digital seperti sekarang, oleh mendikbud disebut belajar merdeka, yang konotasinya mengarah pada belajar mandiri, dimanapun dan kapanpun pelajar/mahasiswa dapat mengikuti materi pelajaran/kuliahnya.  

Pendidikan yang menjadi hak setiap warga negara harus memudahkan dan menyenangkan bagi pelajar dalam mengikuti proses belajar, serta harus mulai diterapkan belajar dengan dua arah, antara guru dan murid sebagai partner/kolega, tidak satu arah seperti selama ini yang membuat suasana belajar kaku dan sulit dipahami oleh pelajar. Hal ini juga dapat meminimalisir bullying yang sering terjadi pada anak didik di sekolah, ini membahayakan bagi perkembangan anak korban bullying di SMP dan SMA. Terlalu banyak waktu belajar di dalam ruangan (indoor) membuat jenuh dan sulit menerima pelajaran, sudah saatnya diubah menjadi 25% indoor, 75% outdoor agar pelajar dapat merasakan suasana yang sebenarnya, dan dapat menumbuhkan kepedulian dan keingintahuan yang lebih besar. 

Untuk Perguruan Tinggi sebagai mata air pendidikan, sudah waktunya setiap mahasiswa diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas/proses kuliah agar tidak banyak energi terbuang dan dapat lebih fokus pada hal substansial. Kemauan belajar mahasiswa harus diapresiasi dan didukung dalam menyelesaikan pendidikannya. 

Lembaga/institusi pendidikan dibuat pemerintah dengan tujuan agar seluruh warga negara bisa memperoleh haknya dalam pendidikan tanpa terkecuali. Para pelajar/mahasiswa adalah user/pengguna, tanpa mereka tidak ada artinya keberadaan sebuah institusi/lembaga pendidikan. Institusi pendidikan harus mendorong mereka untuk menggunakan energi lebih banyak dalam minat yang mereka pilih dan mengimplementasikannya.

Para pengajar tidak harus melakukan upaya menekan mental mahasiswa (prosedur yang lama dan berbelit) dengan maksud memberi kesan agar menghargai ilmu. Itu cara lama yang harus dihilangkan, itu mengapa SDM indonesia hingga sekarang belum juga menghasilkan SDM handal akibat perilaku-perilaku yang membebani mental mahasiswa yang dikawatirkan akan terus terjadi pada generasi selanjutnya. Pendidikan harus lebih sederhana, menarik dan menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun