Mohon tunggu...
Hasna A Fadhilah
Hasna A Fadhilah Mohon Tunggu... Administrasi - Tim rebahan

Saya (moody) writer. Disini untuk menuangkan unek-unek biar otak tidak lagi sumpek.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politik, Perempuan, dan Pandemi

26 April 2020   10:15 Diperbarui: 26 April 2020   10:21 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Women are young at politics, but they are old at suffering; soon they will learn that through politics they can prevent some kinds of suffering."

Quote Nancy Astor tersebut sepertinya sangat relevan dalam menggambarkan bagaimana hubungan politik dan pemimpin perempuan di tingkat saat ini. Dari Jacinda Ardern hingga Tsai Ing-wen, mereka adalah para politisi wanita yang berhasil menunjukkan kapasitas kepemimpinan di tengah krisis saat masih banyak pihak yang meragukan kemampuan kaum hawa dalam menduduki tampuk jabatan.

Respon Jacinda yang cepat menginstruksikan karantina wilayah ketat untuk mencegah penyebaran virus membuat kasus Corona di Selandia Baru tidak menginfeksi lebih dari 150 orang. Angka kematiannya pun baru 18, yang membuat kepercayaan publik padanya meningkat lebih dari 80%.

Di kawasan Asia, presiden Taiwan Tsai Ing-wen juga tak kalah responsif. Segala cara, dari tes massal hingga pembatasan bepergian, ia lakukan agar menekan kasus Covid-19 serendah mungkin. 

Selain Tsai, menteri kesehatan Korea Selatan yang juga perempuan, Jeong Eun-kyeong sebagai pemegang kendali pencegahan corona di sana juga memberikan usulan dan data presisi kepada pucuk pimpinan negeri gingseng. Hasilnya? Kita tahu semua bahwa Korea Selatan kemudian berhasil membuat kurva kasus corona melengkung ke bawah semakin turun dari hari ke hari.

Terlepas dari beberapa politisi perempuan yang tidak bekerja sebaik mereka, tapi perlu diakui bahwa kepemimpinan perempuan ketika masa pandemi jauh lebih berdampak positif. 

Menurut Komisioner di komite disabilitas PBB, Risnawati Utama, hal ini dikarenakan perempuan terlahir memiliki sifat nurturing atau daya asuh yang membuat mereka jauh lebih sigap ketika terjadi suatu masalah. 

Bila diandaikan dalam kehidupan rumah tangga, wanita punya insting kuat untuk mencari solusi atau membereskan krisis yang terjadi saat anggota keluarga lainnya panik dan hanya bisa terdiam.

Meski kepemimpinan politik perempuan di tingkat internasional menunjukkan tren positif, sayangnya hal ini tidak berlaku sama pada isu-isu lain yang berkaitan dengan urusan privat dalam ranah rumah tangga dan garda terdepan bidang kesehatan.

Dengan semakin meningkatnya kasus Covid-19 dari hari ke hari, dan tidak menentunya kapan wabah ini berakhir, perempuan menjadi kelompok rentan yang menghadapi risiko tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun