Mohon tunggu...
Hasna A Fadhilah
Hasna A Fadhilah Mohon Tunggu... Administrasi - Tim rebahan

Saya (moody) writer. Disini untuk menuangkan unek-unek biar otak tidak lagi sumpek.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perlunya Perempuan untuk Berbicara!

6 Desember 2017   22:01 Diperbarui: 6 Desember 2017   22:11 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah macetnya ibu kota sore tadi, saya menemukan video singkat yang cukup menyayat hati. Video tersebut mengisahkan perjuangan para janda komunitas Luo di Kenya bagian barat yang menuntut dihilangkan budaya 'cleansing' bagi perempuan yang ditinggal oleh suaminya. 'Cleansing' disini bukan diterjemahkan secara langsung yang berarti membersihkan diri dengan mandi atau berendam. Cleansing yang sudah lama dilangsungkan di Kenya menuntut janda yang ditinggal mati semuanya untuk melakukan hubungan seksual dengan pria lain, termasuk laki-laki asing yang belum pernah ia temui sebelumnya, dengan tujuan 'menyucikan' kembali wanita-wanita itu. Bahkan yang lebih memprihatinkan, beberapa lelaki yang meniduri para janda tadi positif terjangkit HIV AIDS, sehingga setelah ritual selesai diselesaikan, dapat ditebak bahwa para wanita tersebut akan menderita penyakit yang sama. 

Meski pada tahun 2015 pemerintah setempat sudah menyatakan bahwa tindakan tersebut illegal. Namun warga lokal mengaku bahwa masih terdapat paksaan dari komunitas mereka untuk tetap menjalankan tradisi itu. Seorang lelaki yang diwawancarai dalam video bahkan membela diri dengan mengatakan bahwa mereka hanya menjalankan budaya. Alih-alih merasa bersalah, ia menambahkan bahwa para janda lah yang mencari mereka.

Sangat miris, bukan? Terlepas pihak mana yang patut dipersalahkan karena terus menerus melanggengkan tradisi 'cleansing', kita perlu mengapresiasi tindakan perempuan Luo yang kemudian tergerak untuk bersuara dan memperjuangkan hak mereka di mata hukum. Patut diingat, budaya 'cleansing' yang justru 'kotor' secara makna ini sudah bertahan lama sekali, dan baru dua tahun lalu dinyatakan menentang hukum. 

Jadi, dapat dibayangkan bahwa tentu sudah banyak sekali janda korban yang tidak hanya tersiksa secara fisik, namun juga mental karena budaya perkosaan di Komunitas Luo. Terlebih dengan patriarki yang sangat kental, pasti tidak akan mudah bagi mereka untuk mengubah budaya yang telah dipraktekkan turun temurun tadi. Dari kisah mereka, kita tentu belajar bahwa ketika kita mengalami, menyaksikan ketidakadilan, diam tidak selalu menjadi solusi atau jawaban, tapi kita juga perlu: fight for ourselves because no one else will fight it for us, gals!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun