Mohon tunggu...
Rosmani Huang
Rosmani Huang Mohon Tunggu... Karyawan swasta - Karyawan Swasta

Enjoy this life with positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Pola Asuh Helikopter

20 September 2020   13:00 Diperbarui: 22 September 2020   07:52 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca tulisan cici Siska Dewi tentang "Kisah Nyata Dampak Pola Asuh Helikopter" pagi ini, mengingatkan saya tentang film yang baru saya nonton kemarin.

Dalam film tersebut dikisahkan bahwa Aiwen, anak laki-laki yang masih duduk di bangku TK sudah dimasukkan ke berbagai les oleh orang tuanya. Mulai dari les piano, bahasa Inggris, kaligrafi. 

Tujuan dari orang tuanya memasukkannya ke berbagai les sebelum mulai masuk SD adalah agar Aiwen sudah selangkah lebih maju dibandingkan teman sebayanya.

Mereka mengharapkan dengan memberi banyak les bagi anaknya diharapkan setelah dewasa nanti anaknya bisa lebih berhasil dibanding mereka.

Memang Aiwen sempat dikasih pilihan oleh mamanya, mau pilih les bahasa Inggris yang diusulkan papanya atau les kaligrafi yang diusulkan mamanya.  Menurut mamanya mereka akan menerima pilihannya. 

Ternyata pilihan Aiwen adalah ingin main basket. Mendengar pilihan Aiwen, papa mamanya langsung menolaknya. Mereka beralasan bahwa bermain basket tidak  akan menunjang kesuksesannya nanti.

Akibatnya Aiwen menjadi depresi. Dia terpaksa menjalani kegiatan yang tidak disukainya karena tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Disisi lain dia merasa frustrasi karena tidak bisa melakukan apa yang diinginkannya. 

Dia menjadi pendiam, tidak suka bicara (mungkin karena merasa percuma mengutarakan pendapat kalau akhirnya ditolak). Menjadi penyendiri, tidak bersosialisasi dengan teman sebayanya dan gampang marah.

Memang tidak ada orang tua yang akan dengan sengaja mencelakakan anaknya. Semua orang tua pasti mengharapkan yang terbaik bagi anaknya.

Tetapi orang tua sering lupa, setiap anak punya keinginan dan talenta masing-masing. Mestinya orang tua hanya mengarahkan. Biarkan anak memutuskan apa yang diinginkannya untuk masa depannya.

Untuk kasus Aiwen kecil, dia menjadi pribadi yang tidak bahagia. Yang apabila dewasa nanti kemungkinan akan terjerumus ke obat-obat terlarang dan yang paling ekstrem adalah bunuh diri karena merasa tidak bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun