Hamid menahan senyum melihat kelakuan Rani. Gadis ini tampak begitu puas dengan Asep yang salah tingkah. Sudah sepantasnya. Tak ada pria yang berhak memperlakukan tambatan hatinya seperti itu.
***
 Â
     "Mengapa kau terluka parah seperti ini?" tanya Rani. Ia menggeleng-gelengkan kepala ketika menatap luka jahitan di belakang kepala Hamid.
     Hamid tertawa malu. "Kudengar kau bertunangan dengan Dani. Aku melamun. Lalu, menabrak kaca hingga terluka."
"Dari mana kau dengar kabar itu?"
      "Ibumu sendiri yang memberitahu."
      Rani bergeming. Ia merasa jengah dengan situasi pelik ini.
      "Ia pria yang disetujui keluargamu, kan?"
     Rani mengerutkan kening. "Tak perlu kau pedulikan hal itu."
     "Mana mungkin tak kupedulikan. Mengapa kau lebih memilihnya dibandingkan diriku yang mencintaimu?"