Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke siscawiryawan@ymail.com trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramadan Hemat, Finansial Sehat

15 Maret 2025   19:18 Diperbarui: 15 Maret 2025   20:51 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baju muslim. Sumber gambar: pixabay.

"Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, juga kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros." Surat Al-Isra ayat 26.


            KRING! KRING!

                 

            Ami menatap layar smartphone-nya dengan wajah sedingin es. Lagi-lagi debt collector pinjol. Bikin nggak mood! Lagi bulan puasa juga malah semakin gencar menagih! Padahal sudah jam 4 sore. Mengapa sih mereka tak ngabuburit saja, misalnya War Takjil? Ia langsung menolak panggilan telepon tersebut dan memblokirnya. Senyum puas tersungging di bibirnya. Telepon saja terus! Hingga kiamat pun tak akan bisa tersambung. HEHEHE.

            Total 50 no handphone tak dikenal yang Ami blokir. Ia kembali asyik men-scrolling layar smartphone-nya.

            "Wah, bagus sekali baju muslim ini. Aku pasti tampak paling cantik saat hari Idul Fitri. Tapi aku sudah membeli 2 baju muslim. Bagaimana, ya?" gumam Ami pada dirinya sendiri. Sejenak ia memejamkan mata untuk menjauhkan godaan tersebut. Ia sadar bahwa ia seharusnya berhemat di bulan Ramadan ini. Dua tagihan paylater akan jatuh tempo minggu ini. Tiga pinjaman online malah sudah telat 1 bulan. Ia belum tahu bagaimana membayar seluruh tagihan tersebut? Uang THR belum turun. Uang THR itu pun akan dipegang oleh Didi, suami tersayangnya yang ajubilah pelitnya pada dirinya. Hanya pada dirinya. Didi sudah berpesan uang THR itu 30% tabungan, 25% memberi orangtua masing-masing, 25% keperluan mudik, 10% investasi, dan 10% shodaqoh. Masih segar dalam ingatannya, konfrontasi yang terjadi setelah Shalat Tarawih kemarin malam.

            "Masa aku tak diberi uang THR 1% pun?" rengek Ami yang berbaring telungkup di atas tempat tidur. Raut wajahnya tampak begitu memelas. Bahkan, ia sengaja membiarkan air matanya sedikit berlinang. "Kau tak lagi cinta padaku karena aku tak bisa memberimu anak?" Ia pun langsung membenamkan wajahnya ke bantal dan sengaja membuat bahunya bergetar bagaikan kesetrum listrik 1.000 Watt.

            Didi langsung menepuk puncak kepala Ami dengan lembut. "Jangan suka berkata seperti itu! Kau tahu kan kita itu harus berhemat agar finansial kita sehat. Walaupun kita hidup hanya berdua, kita harus mempersiapkan diri. Pemanasan global, perang Ukraina-Rusia, kemajuan teknologi, dll, itu merupakan tantangan-tantangan yang bisa mengguncang kestabilan hidup kita."

            Ami menengadah. Ia menatap Didi yang menahan geli melihat bibir sang istri manyun bagaikan ikan mas koki yang sedang sariawan bibir. "Itu kan masalah internasional. Yang kuhadapi sekarang ialah masalah internal. Sebagai istrimu, mengapa aku tidak memperoleh uang THR?" Tiba-tiba ia terperanjat, dan berbisik, "Apa kau diam-diam punya istri kedua? Jatahku diberikan padanya. HUEEE! Aku tak mau dimadu. Mengapa kau selingkuh saat bulan Ramadan?" Dari nangis bohongan, sekarang ia nangis beneran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun