Mohon tunggu...
Siswanto Danu Mulyono
Siswanto Danu Mulyono Mohon Tunggu... profesional -

Usia sudah setengah abad. Semua orang akan mati, tapi tulisannya tidak. Saya Arsitek "freelance" lulusan Unpar-Bandung. Sambil bekerja saya meluangkan waktu untuk menulis karena dorongan dari dalam diri sendiri dan semoga berguna untuk siapapun yang membacanya. Sedang menulis buku serial fiksi "Planet Smarta" untuk menampung idealisme, kekaguman saya terhadap banyak hal dalam hidup ini, bayangan-bayangan ilmu pengetahuan yang luar biasa di depan sana yang menarik kuat-kuat pikiran saya untuk mereka-rekanya sampai jauh dan menuangkan semuanya dengan daya khayal saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kitab Suci itu Netral

20 November 2016   06:07 Diperbarui: 20 November 2016   07:41 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ilmu pengetahuan itu baik dan suci ketika diciptakan. Tujuannya luhur untuk memudahkan umat manusia mengeksplorasi alam dan impiannya. Ia tidak memihak manusia yang baik maupun yang jahat, ia penurut. Ketika ilmu pengetahuan dipakai untuk membangun, ia menghasilkan buah yang manis untuk manusia. Tetapi ketika ia dimanfaatkan untuk merusak, ia juga tidak menolak, maka bom Hiroshima dan Nagasakipun terjadi. Terserah manusia yang sudah diberi otak untuk menalar, mata untuk melihat, hati untuk merasakan dan niat untuk melaksanakan. Ilmu pengetahuan itu NETRAL. Tuhan memberikannya dengan baik.

Tuhan sangat memanjakan manusia. Yang baik, yang jahat, bahkan yang sangat jahat, ia layani semuanya sama rata tanpa kecuali. Matahari tidak diadakan khusus untuk yang baik saja, ia menyinari dengan cahaya yang sama untuk semuanya. Bahkan ketika Dia akhirnya mendapati yang jahat berbalik arah menjadi baik, Ia mengadakan pesta besar di Surga (Saya tahu ini dari yang dituliskanNya sendiri).

Mengapa Tuhan seperti itu? Tidak membedakan yang baik dan yang jahat? Karena Ia Maha Besar. Manusia yang diciptakanNya itu kecil dan lemah. Kekuatan manusia tidak ada artinya dibandingkan dengan Dia yang menciptakannya. maka Ia tidak pernah kawatir manusia bisa menelikung DiriNya dengan segala kejahatannya yang paling keji sekalipun. Ia hanya ingin manusia terus belajar agar bisa bersama DiriNya menikmati hidup yang sesungguhnya, entah itu di dunia atau di akherat.

Jika ada manusia baik ditelikung yang jahat, Tuhan juga tenang saja, karena itu bukan persoalan besar bagiNya. Manusia paling-paling hanya bisa merusak yang kelihatan, yang tidak kelihatan, seperti jiwa misalnya, tidak bisa dijangkau mereka. Jadi mengapa Tuhan harus pusing? Hidup manusia kan tidak selesai di dunia ini saja?

Tuhan pasti terlalu agung untuk berbicara kepada manusia, tapi karena ingin dan sayang, maka Ia tulis mauNya apa. Jadilah Kitab Suci, pegangan hidup manusia atau apapun namanya. Tetapi jangan salah, Ia tidak pernah memaksa manusia harus melaksanakan. Ia menghargai kebebasan manusia. Dilaksanakan ya syukur, tidak juga tidak berpengaruh buat Dia, namanya juga memberi. Bahkan mungkin dibacapun tidak oleh sebagian umat manusia. Yang membacapun bisa atau malahan sering salah menafsirkan. Lebih keterlaluan lagi, sudah dibaca dan dimengerti, tapi sengaja diplintir maksudnya dengan tujuan untuk mencapai maksud pribadinya sendiri. Begitulah adanya Kitab Suci, Ia Baik dan Kudus ketika diciptakan, tapi ketika sampai ke tangan umat manusia, ia tetap NETRAL sifatnya.

Apa Tuhan marah kalau manusia salah menafsirkan isi Kitab Suci? Jelas tidak, karena Tuhan tahu manusia itu amat sangat terbatas. Ada yang cerdas dan bijaksana sehingga langsung mengerti dengan tepat; ada yang cukup cerdas; tapi banyak juga yang bodonya amit-amit sehingga perlu dibimbing dan diarahkan.

Apa Tuhan marah kalau ayat-ayat Kitab Suci diplintir untuk tujuan yang jahat? Ya, begitu yang ditulisNya dalam Kitab Suci, karena selalu makan korban, terutama mereka yang bodoh dan yang tidak mengerti jelas maksud sesungguhnya. Kaum terbelakang yang seharusnya dilindungi itu malah dijadikan obyek untuk mencapai maksud tersembunyi mereka yang jahat. Efeknya bisa sangat merusak karena faktor nafsu jahat dan kebodohan, jauh lebih beringas dari binatang karena daya rusaknya bisa disetir.

Apa Tuhan perlu pembela? Sama sekali tidak, Dia Maha Besar, bisa membela Diri Sendiri, manusia sangat kecil, pembelaannya malah sering bikin gaduh. Yang diperlukan Dia adalah orang-orang bijaksana yang bisa meredam situasi kacau dan memberi bimbingan yang benar kepada yang bodoh, tersesat dan dimanfaatkan, sehingga korban tidak semakin banyak. Semoga salah satunya adalah anda.

Tak ada manfaatnya meributkan sesuatu kalau ujung-ujungnya hanya mau cari kebenaran dan kemenangan versi diri sendiri, kelihatan konyolnya dan jadi pertanyaan seluruh dunia. Persoalan hukum, termasuk masalah agama yang bawa-bawa nama Tuhan, biar diselesaikan oleh Negara dengan perangkat hukumnya yang sudah jelas. Tidak pada tempatnya manusia memerintah atau memaksa hukum negara yang sudah dilaksanakan dengan adil dan benar atau bahkan memaksa Tuhan untuk membenarkan dan mengagungkan dirinya sendiri. Maka, juga sangat tidak pantas dituruti oleh negara kalau sudah jelas intinya seperti itu. Kalau negara kalah dengan hal-hal semacam ini, bagaimana harus menghadapi intimidasi kekuatan asing yang lebih besar dan jahat?

Juga tidak usah susah-susah bela diri kalau sudah yakin benar di hadapan Tuhan, karena Dia sendiri yang akan menjaga dan membelamu yang lemah. Semuanya sebenarnya sudah pasti bisa kamu rasakan dalam hatimu sendiri yang jadi rumah Tuhan. Kita cuma sering kali kurang mengerti atau kurang sadar diri, bahwa kita sebenarnya cuma debu yang diberi arti oleh Tuhan. Kalau kamu tolak arti kemanusiaanmu, ya kamu benar-benar sungguh tidak berarti, akhirnya sengsara dan menyengsarakan orang lain. Neraka itu akibat dosa manusia sendiri. Mustahil Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Pengasih sengaja menciptakan Neraka. Orang yang mengerti bahasa pasti tahu itu kontradiktif alias tidak benar.

Agama juga NETRAL, bisa baik dan bisa buruk. Bisa ditunggangi kepentingan politik, dagang atau melahirkan orang-orang munafik. Seorang Nabi pernah mengingatkan: “Berhati-hatilah terhadap orang-orang yang sering menyeru-nyerukan nama Tuhan dan berdiri di muka tempat-tempat ibadah, karena sesungguhnya tidak semua dari mereka mengenal Tuhan dan sering menaruh beban-beban berat di pundak orang lain. Sebagian dari mereka bahkan sengaja merintangi dan menyesatkan orang lain yang berniat mendekati Tuhan. Dosa mereka sangat besar.” Yang TIDAK BISA NETRAL adalah urusan hati dan perbuatanmu di hadapan Tuhan, hanya kamu dan Tuhan yang tahu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun