Mohon tunggu...
sir sutan
sir sutan Mohon Tunggu... Pengacara - Pengacara

Hiking, Caving and Outdoor Sport

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Napak Tilas ke Tempat Kelahiran Bapak Republik (TAN MALAKA)

22 Juni 2022   15:18 Diperbarui: 22 Juni 2022   15:26 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampungku benar-benar berada diatas gunung dimana kearifan lokal masih terlihat disana, mulai dari pagi-pagi melihat masyarakat berangkat ke sawah atau ke kebunnya untuk bercocok tanam dan ketika sore mereka pulang, malamnya mereka bertukar pikiran atau bercerita ngalor ngidur di kedai yang biasa orang minang menyebutnya adalah lapau.

Perjalanan selama dua jam telah ku tempuh bersama kedua kakak ku, sesampainya dikampung, aku disambut oleh saudara-saudara dari mama ku yang memang telah lama kami tidak pernah berjumpa. 

Saling tegur sapa terjadi, mulai dari menanyakan kabar diriku dan kabar orangtuaku, kabar kakak ku serta kabar adik ku, yang aku jawab "Alhamdulillah semua keluarga yang berada di Serang semuanya sehat-sehat saja. Keasrian kampung, udara gunung yang segar menjadikan penat ku hilang selama dalam perjalanan. Disana aku masih bisa mandi di kali, dimana kali dikampung ku tersebut masih jernih dan tidak ada sama sekali yang namanya air keruh di kali tersebut.

Setelah beberapa hari aku berada dikampung halaman, tanggal 12 Januari 2013 kurang lebih pukul 13.00 WIB, aku pun berpamitan kepada sanak keluarga yang ada dikampung untuk menjalankan niatku yaitu napak tilas ke tempat kelahirannya Bapak Republik Indonesia. Kembali, kakak ku bersama suaminya mengantarkan ku ke Kota Pariaman untuk menuju travel tujuan Payakumbuh. Tarimokasih yo ta, tarimokasih yo kak........ (terimakasih ya Teta, terima kasih ya Kakak) ucapku sambil bersalaman dengan beliau berdua. Travel tujuan ke Payakumbuh yang aku naiki berangkat jam 15.00 Wib. Perjalanan dari Pariaman ke Payakumbuh ditempuh kurang lebih tiga jam. Jalan berkelok-kelokpun aku ditempuh pada saat itu, serta panorama yang indah dipinggir jalan seperti adanya air terjun di pinggir jalan dengan sebutan Air Terjun Lembah Anai.

Kurang lebih tiga jam perjalanan telah ku tempuh dengan menggunakan travel untuk sampai ke Payakumbuh, akhirnya sampai juga aku di Kota yang memang termasuk daerah dataran tinggi. Akupun dihampiri oleh Uda Inal, uda inal seperti yang telah aku ceritakan sebelumnya, ia adalah keponakan dari Papa. Aku tidak langsung pulang ke rumah uda Inal, tetapi Uda Inal mengajak ku untuk mencoba minuman ciri khas Sumatera Barat yaitu Kawa Daun, Kawa adalah Bahasa Minang untuk tanaman Kopi, sedangkan Kawa Daun berarti Kopi Daun. Minuman ini unik karena daun kopi nya di rebus, entah seperti cara pembuatan awalnya yang pasti minuman Kawa Daun ini nikmat luar biasa disajikan didalam batok kelapa yang sudah dibersihkan atau dihaluskan. 

Selain menikmati Kawa Daun yang menjadi ciri khas Sumatera Barat aku pun baru merasakan minum Kawa Daun dengan cemilannya adalah ketan. Setelah lama menikmati Kawa Daun dengan ketan serta ngobrol ngalor-ngidul sama Uda Inal, kami pun pulang. 

Diperjalan Uda Inal menanyakan kepadaku maksud dan tujuanku untuk bernapak tilas ke kampungnya Bapak Republik yaitu Tan Malaka, serta meyakinkan ku karena perjalanan ke kampung Tan Malaka dari Kota Payakumbuh ke Pandam Gadang (kelahiran Tan Malaka) jaraknya puluha kilo. Aku pun menjelaskan maksud dan tujuanku untuk menyambangi desa kelahiran Tan Malaka dan aku menjawab YAKIN dengan penjelasan Uda Inal untuk menempuh kampung kelahiran Tan Malaka jaraknya puluhan kilo.

Keesokan harinya, Kamis, tepatnya tanggal 13 Januari 2013 perjalanan mulai kami lakukan. Selain aku dan Uda Inal ada pula anak dan Istrinya pun ikut. 

Dalam perjalanan aku kaget nama tokoh nasional yaitu Tan  Malaka dijadikan nama jalan di Payakumbuh. Dimana mungkin diluar Provinsi Sumatera Barat hanya nama beliau yang kita ketahui dan itu hanya beberapa kalangan saja mengetahui, tetapi untuk nama jalan, saya rasa tidak ada nama jalan Tan Malaka kecuali di Payakumbuh, Sumatera Barat. Uda Inal menjelaskan jalan Tan Malaka ini adalah jalan terpanjang di Sumatera Barat membentang sejauh hampir 50 Km, jalan yang menghubungkan Kota Payakumbuh dan Kototinggi, tetapi juga akan mengarahkan kita menuju kampung halaman Tan Malaka yaitu Pandam Gadang, Kecamatan Gunuang Omeh, Kab. Lima Puluh Kota.

Dalam perjalanan menuju Pandam Gadang kami menempuh jalan yang memang benar-benar berkelok-kelok serta jalanan yang rusak tidak semulus jalan tol. Sekira satu jam perjalanan, aku menempuh Museum Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Koto Tinggi yang dalam sejarahnya pada saat itu dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara. 

Museum tersebut tampak tidak terawat, entah apa yang terjadi aku pun tidak mengetahuinya, namun di depannya ada hamparan spanduk yang bertuliskan "Pemerintah Soekarno-Hatta dapat bersemayam kembali ke Yogyakarta, yaitu oleh perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), kalau faktor ini tidak ada, mustahil Republik ini akan berdiri kembali, dan pusat PDRI ada di Kototinggi". Setelah berhenti sejenak di Museum PDRI, aku pun melanjutkan ke tempat tujuan utama yaitu Pandam Gadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun