Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Alasan 2 Juta Orang Indonesia Berobat ke Luar Negeri dan Devisa Negara Hilang 165 Triliun

9 Maret 2023   01:53 Diperbarui: 9 Maret 2023   02:05 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Indonesia, Joko Widodo dalam peresmian Mayapada Hospital Bandung, Senin (6/3/2023) (Sumber: Instagram/Jokowi)

Senin (6/3/2023), Presiden Indonesia, Jokowi membuat cuitan di Twitter yang menyinggung masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri. Negara Malaysia dan Singapura menjadi tempat yang paling banyak dipilih. Hal ini yang menurut Jokowi, negara kehilangan devisa sebesar Rp165 triliun.

"Hampir 2 juta orang Indonesia masih memilih berobat ke luar negeri setiap tahun. Kurang lebih 1 juta ke Malaysia, 750 ribu ke Singapura, sisanya ke Jepang, Amerika, Jerman, dll. Gara-gara ini, kita kehilangan devisa Rp165 triliun karena modal keluar," ujar Jokowi di Twitter.

Devisa negara (foreign exchange), menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang (UU) No. 24 Tahun 1999 Tentang Lalu Lintas Devisa Dan Sistem Nilai Tukar adalah aset dan kewajiban finansial yang digunakan dalam transaksi nasional. Bisa diartikan sebagai alat pembayaran atau uang dalam perdagangan internasional.

Mengutip kompas.com, Devisa negara memiliki nilai kekayaan yang dimiliki suatu negara dalam bentuk mata uang asing. Sumber devisa negara berasal dari banyaknya menjual barang atau jasa ke luar negeri, diantaranya; ekspor, pariwisata, pinjaman luar negeri, hibah luar negeri dan investasi.

Demikian, konteks negara kehilangan devisa negara akibat modal keluar penyebabnya adalah masalah layanan kesehatan yang dinilai buruk, sehingga orang Indonesia berbondong-bondong mengeluarkan aliran modal (capital outflow) ke luar negeri untuk lakukan pengobatan.

Oleh karena itu, permasalahan utama dibalik kehilangan devisa negara adalah ketidakpercayaan dan ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap sistem layanan kesehatan Indonesia, jika perilaku seperti ini terjadi dalam jangka panjang akan menjadi pelarian modal atau capital flight dan berdampak pada nilai tukar rupiah yang semakin melemah.

Maka, membenahi sistem layanan kesehatan harus segera difokuskan oleh pemerintah agar menekan modal keluar. Dilansir dari kompas.com, Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) menyatakan terdapat 6 masalah tentang layanan kesehatan saat ini.

Diantaranya; konektivitas yang tidak berkembang dalam sistem kesehatan digital (E-Health) dan membuat ketidakmerataan layanan di daerah terpencil; regulasi yang masih buruk baik secara sistem keamanan data dan interaksi antara dokter dan pasien; ketidakmampuan menghadapi bonus demografi; daerah kepulauan yang sulit diakses jalur darat; pelayanan yang rendah dan kurang; dan teknologi yang dimanfaatkan belum optimal.

Dari kendala-kendala di atas, realita layanan kesehatan yang buruk menjelaskan apabila berobat di Indonesia kerap memperburuk keadaan. Seperti yang dialami oleh mertua dari komedian Kiky Saputra dalam Twitter yang membalas cuitan Jokowi.

Mertuanya mendapatkan diagnosis stroke kuping karena gangguan pendengaran, pengobatan yang dilakukan di Rumah Sakit (RS) di Indonesia membuat keadaan semakin buruk. Lalu, saat mencoba diperiksa ke RS di Singapura, hasil yang didapat akibat penyakit flu yang menginfeksi pendengaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun