Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Mengobrol dengan Teman agar Menjaga Kesehatan Mental

5 Maret 2023   22:08 Diperbarui: 5 Maret 2023   22:11 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang mengobrol dengan teman/Pexels

Berbicara curahan hati (curhat) merupakan hal lumrah bagi manusia, setiap dari kita menyadari bahwa segala sesuatu perlu diobrolkan. Sesekali, seseorang enggan menceritakan keluhan atau kecemasan yang dialami, dan berdampak buruk bagi kesehatan. Alasan menutup diri sangat banyak, sepeti ingin tampil tangguh di depan orang yang dikenal.

Permasalahan kesehatan mental sering kali dikaitkan dengan buruknya interaksi sesama manusia, artinya sebagian orang sulit untuk membicarakan tentang dirinya kepada orang lain. Padahal, mengobrol merupakan upaya memperbaiki dan menjaga mental manusia tetap stabil. Hal ini jarang diketahui oleh orang-orang dan cenderung dikatakan sikap seorang yang lemah.

"What mental health needs is more sunlight, more candor, more unashamed conversation." - Glenn Close

Sebuah studi "Quality Conversation Can Increase Daily Well-Being" pada 27 Januari lalu, menjelaskan apabila suatu percakapan seorang dengan teman dalam sehari berdampak signifikan pada kesehatan mental. Studi yang diterbitkan Sage Journals dan melibatkan 900 peserta selama pandemi ini menghasilkan suasana hati yang membaik secara langsung.

Adapun studi tersebut mengarah pada tujuh perilaku komunikasi, dari menangkap percakapan, obrolan berkualitas, bercanda, rasa empati, mendengarkan orang lain bercerita, menghargai cerita orang lain, memberikan pujian yang tulus.

Hal ini serupa dengan rumus komunikasi Oh Su Hyang dalam buku Bicara Itu Ada Seninya, yaitu C (Communication), Q (Question), P (Praise) dan R (Reaction). Di mana rumus yang bertujuan agar komunikasi berjalan lancar dan baik yang di dalamnya mengandung pertanyaan, pujian, dan reaksi dalam sebuah percakapan.

Meskipun studi ini dilakukan selama pandemi Covid-19 dan saat ini orang-orang telah pulih, tetap saja sebuah percakapan dalam hubungan sosial membantu menjaga kesehatan mental. Seperti yang dikutip dari Heatline, Asisten Profesor Klinis Departemen Psikiatri NYU Langone Health, Thea Gallagher mengungkapkan konektivitas sesama manusia mampu membantu seseorang keluar dari masa sulitnya.

Gallagher menjelaskan jika hal-hal kecil sekali pun perlu dibangun koneksi agar meredakan depresi dan kecemasan seseorang. Misalnya, seorang introvert membutuhkan orang yang bisa diajak komunikasi dan berinteraksi secara berkualitas, tidak harus langsung berhadapan dengan orang banyak.

World Health Organization (WHO) juga menyatakan betapa pentingnya menjaga kesehatan mental individu agar sadar dengan potensi yang ia miliki, mengontrol stres, bekerja secara produktif, dan memiliki peran dalam komunitasnya.

Umumnya, mengobrol juga berupaya memperkuat hubungan agar lebih dekat dan mengenal. Maka, menurut Gallagher, carilah obrolan yang berkualitas dan intim selagi bersama teman. Usaha ini merupakan kunci agar keluar dari mengobrol sendiri di depan cermin seperti orang-orang yang depresi dan mengalami kecemasan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun