Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Bukanlah Bidak dalam Catur Keluarga

2 Juli 2022   23:50 Diperbarui: 2 Juli 2022   23:53 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak dalam keluarga/Pexels

Orang tua memang bertanggung jawab atas anaknya, tetapi anak juga memiliki hak. Anak tidak seperti kertas kosong yang harus ditorehkan tinta oleh familinya, ia mesti bereksplorasi dan menjelajahi.

Penulis pernah membaca buku, disana ada seorang ayah yang mendoakan agar anaknya dipenuhi masalah, dalam artian bukan perilaku negatif. Ayahnya berdoa seperti itu agar anak mampu menghadapi segala tantangan dunia. Secara mental dan fisik ia harus kuat, tetap sisi finansial keluarga wajib mendukung dan memenuhi kebutuhan anak sampai mereka bisa menjalani hidup di keluarga barunya.

Di beberapa keluarga, ada orang tua yang antusias peduli pada anak, ada juga yang tidak. Demikian, orang tua yang tidak antusias dan perhatian pada anak entah karena alasan tertentu, anak akan menjadi bebas. Ia mau kesana dan kemari, melakukan yang baik dan buruk, orang tua hanya membiarkan mereka. Uang dan segala kebutuhan tetap diberikan oleh orang tua.

Disisi lain, orang tua yang peduli dengan penuh perhatian dan segala nasehat menjadikan anak berkarakter, hal ini sudah terbukti di sebagian keluarga. Namun, tetap kembali pada kondisi anak tersebut. Ada anak yang suka diperhatikan dan ada anak yang butuh perhatian yang cukup saja, tidak usah berlebihan.

Keresahan penulis adalah anak yang dipenuhi perhatian dan kepedulian orang tua namun anak tersebut enggan menerima, misalkan ketika disuruh melakukan yang menjadi tugas anak seperti belajar, beribadah, dan lain-lain, ia tahu akan hal tersebut dan suka melakukan yang menjadi kewajiban anak tanpa disuruh-suruh.

Ia padahal selalu melakukan dengan merasakan kebahagian, tetapi ketika disuruh orang tua kadang kali membuat ia tertekan dan mencemoohkan saja. Padahal hati si anak sudah lembut dan periang menjadi kasar dan keras karena antusias dan perhatian orang tua yang berlebihan. Haruskah disalahkan si anak?

Anak tersebut berfikir bahwa ia bisa hidup mandiri dan melakukan hal-hal yang ia sukai tanpa tuntutan orang tua yang bertubi-tubi, meskipun dalam lubuk hatinya ia tahu, ia tidak bisa lepas tanggung jawab orang tua, kemanapun si anak pergi akan selalu membawa nama baik keluarga. Sangat disayangkan, karakter anak tidak semata-mata harus dibentuk oleh orang tua dan lingkungan saja, ia mencoba memberanikan diri mengkontrusi pribadinya dengan hal-hal yang ia inginkan.

Adapun hal itu baik atau buruk tergantung pada anak, anak yang terlihat baik dan ceria, tidak menunjukkan kesedihan dan kemarahan bisa saja memendam dan menyimpan keterpurukan yang dialami untuk diluapkan kepada dirinya saja. Anak juga memiliki kemauan, orang tua pun sama halnya.

Sebegitu rumitnya permasalahan di keluarga, anak dan orang tua memiliki tugas masing-masing dan bersama. Tapi perlu ditegaskan, anak akan menjadi baik dan buruk dimasa depan, orang tua selalu berharap di akhir hayatnya menjadi pribadi yang saleh secara spiritual dan sosial. Berikan ruang dan waktu untuk anak menjelajahi keinginan dan kemauan dalam rangka proses dan tidak menutupi dirinya dengan segala tuntutan orang tua.

Orang tua pun tidak boleh keras kepala, apa yang telah diberikan harus ada timbal baik dari keinginan dan kemauan. Tidak seperti itu, orang tua lebih dari menginginkan anak agar bisa timbal balik, mereka ingin anaknya hidup bahagia kelak tanpa merasakan kepedihan yang dialami orang tuanya, baik di dunia saat ini atau akhirat nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun