Mohon tunggu...
Sirajul Huda
Sirajul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Guru les rumahan

Seorang ayah yang selalu berjuang menghebatkan anaknya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibu Berutang pada Kemiskinan yang Pernah Datang dan Enggan Pulang

26 Oktober 2021   07:57 Diperbarui: 27 Oktober 2021   14:49 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu berutang pada kemiskinan, yang pernah datang dan enggan pulang, semenjak anak pertama lahir hingga anak terakhir hadir

"Aku tak ingin kalian seperti yang telah-telah, jika ingin berubah, semua harus bersekolah"

Dulu, kami gemetar jika tiba pelajaran menggambar, karena tak punya krayon tuk beri warna pada gunung dan awan, juga pada langit, dan jalan, semua hanya terlihat hitam

"Biarlah kalian biasa pada pelajaran menggambar, tapi untuk IPA dan agama, atau bahasa, dan matematika, setidaknya kalian bisa luar biasa"

Kemiskinan menjadikan Ibu tak pernah lengah memberi arah, hingga semua anaknya tak putus sekolah, pantang bagi kami bermalas-malasan, hanya makan dan tiduran. "Jangan perut yang kalian besarkan, otak yang harus dipadatkan"

Bila malam tiba, kami dipaksa makan bersama, sekedar memastikan, tak ada yang tak mendapat bagian.

Tapi itu dulu, kini Ibu telah mengubur kemiskinan itu dalam-dalam

Sunguh, Ibu berutang pada kemiskinan, tapi bisakah ia membayarnya, hanya dengan ucapan terima kasih?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun