Mohon tunggu...
Sirajul Huda
Sirajul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Guru les rumahan

Seorang ayah yang selalu berjuang menghebatkan anaknya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ketika Bahasa "Diperkosa"

12 Oktober 2021   07:57 Diperbarui: 12 Oktober 2021   08:54 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pagi itu, saya sedang berada di sebuah ATM, bukan untuk ambil uang, tapi cek saldo, lantaran kemaren saldo kosong, saya berharap ada transferan ke rekening saya (hehe..., jujur amat)

Pada layar ATM, ditempel secarik kertas bertuliskan "ATM INI SEGERA BEROPERASI" Saya pulang, dan siangnya datang lagi. Tapi tetap melihat tulisan yang sama, artinya ATM tidak bisa digunakan

Kenapa mereka tidak menulis bahasa yang lugas, seperti "MAAF, ATM RUSAK" atau kalau bahasanya kurang sastra, bisa diganti "ATM SEDANG DALAM PERBAIKAN" mungkin saya langsung cari ATM lain. Bukankah kata-kata segera beroperasi lebih dekat maknanya secepat mungkin (sebentar lagi)

Saya menganalogikan begini, jika tetangga minjam gergaji, lalu saya jawab nanti, dicari dulu (padahal sebenarnya gergaji itu hilang, tapi karena saya segan dan tidak tega, saya perhalus kalimatnya dicari dulu, masih belum ketemu). Kemungkinan tetangga yang minjam gergaji ini akan datang lagi.

Pernah juga saya ketemu sebuah iklan bimbel yang sangat berani, "TIDAK LULUS DI PTN UANG KEMBALI" Saya sendiri tak mungkin percaya, sebab pada Bimbel tersebut tak ada seleksi bagi yang ingin gabung. 

Tapi, jika sebuah SMA favorit, yang bisa membuat siswanya hanya "pindah lokal" dari sekolah tersebut ke PTN (malah bergengsi), saya masih percaya, lantaran untuk masuk ke sekolah SMA favorit tersebut melalui serangkaian tes yang sangat ketat, untuk bisa ikut seleksi tes kadang disyaratkan rata-rata nilai rapor tinggi, siswa yang diterimapun biasanya sekitar sepuluh persen dari total peserta. 

Jadi yang hebat, mungkin bukan sekolahnya saja, tapi yang diterima bibit unggul semua, ditambah adanya jaminan seleksi yang murni, tanpa menerima "siswa titipan" baik anak pejabat, maupun anak konglomerat.

Mungkinkah sebuah bimbel berani menggaransi pesertanya lulus di PTN? Ternyata syarat dan ketentuan berlaku (disembunyikan). Harus punya nilai try out sekian, harus memilih pilihan yang disarankan. 

Salah seorang teman saya dengan entengnya berkelakar, "Bisa saja jika tak lulus uang kembali, tapi kembali yang mereka maksud bukan kembali seratus persen," kembali suka-suka, hehe...

Bukankah akan lebih etis jika dari awal disebutkan dengan jelas, hingga reputasi dan keberlangsungan sebuah bimbel bisa bertahan lebih lama?

Ini pengalaman terakhir yang pernah saya alami. Pada sebuah resto (ayam), tertulis, "Paket hemat, 5 ayam, 3 minuman, hanya Rpxxx, SELAMA PERSEDIAAN MASIH ADA" Kebetulan saya penyuka paket hemat, paket diskon, yang harga di bawah harga normal, hehe... Begitu masuk, dan request paket hemat, pihak resto bilang, "Paketnya lagi habis," tapi kok masih ditempel di pintu masuk. Kadang kita bisa berprasangka yang bukan-bukan, mungkin pengunjung lagi rame hingga paketnya ditiadakan, atau karena kebetulan ada  rombongan bis pariwisata yang singgah dan menyerbu resto tersebut karena kelaparan, pihak pengelola merasa rugi menyediakan paket murah, toh tanpa paket hemat, orang juga minat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun