Mohon tunggu...
Sirajul Huda
Sirajul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Guru les rumahan

Seorang ayah yang selalu berjuang menghebatkan anaknya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jika Dulu Ibu Mengikuti Kata Tetangga, Aku Takkan Melangkah ke Kota

22 September 2021   08:06 Diperbarui: 22 September 2021   08:14 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dulu Ibu mengikuti kata-kata tetangga, mungkin aku takkan diizinkan melangkah ke kota. Mereka bilang aku nekad. Tapi, kata Ibu tidak, aku hanya punya tekad

Aku gugup melihat kota, seperti neraka. Ada yang pergi pagi, pulang entah kapan lagi, tetangga yang tiada mengenal tetangganya, anak-anak yang kesepian, pengemis yang bau amis, pencopet yang suka memepet, pengamen yang bawa kantong permen, jalan raya yang bising, riuh, takada jeda, hingga aku hampir mengalah dan balik arah. Tapi kata Ibu, jangan menyerah,  kamu harus membuat sejarah

Sementara aku belajar mengikuti irama kota, Ibu telah menyiapkan air mata, bila tiba tiba diperlukan nantinya.

Namun, waktu yang terus berjalan, membentukku paham, menafsirkan kota yang dulunya neraka, berharap suatu hari nanti, menjadikannya surga

Jika Ibu dulu tidak memaksaku pergi, mungkin aku memandangi diri, menjadi lelaki kampung yang hanya memunggungi matahari dari pagi, hingga kini

Air Tawar, Padang,  22 September 2021
---
*"Ibu telah menyiapkan air mata, bila tiba-tiba diperlukan nantinya," diambil dari penggalan puisi Ayah Tuah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun