Menguatnya peran agamawan dalam sosial-politik dapat menjadi positif, sehingga orang beragama kelihatan banyak ibadah. Tapi, pada bagian lain, oknum agamawan ada yang memanfaatkan kesalehan mendekati kesalahan dengan bahasa agama yang digunakannya dapat menggairahkan emosi awam?
Seperti kata Prof Sidney Hook, filosof sekularis dan rasionalis dari Amerika yang lebih percaya pada negara tanpa ideologi seperti Amerika dengan kemajemukannya, tanpa ada golongan mayoritas dapat hidup berdampingan dengan pemahaman: demi kepentingan bersama. Atau istilah ushul fikihnya, mirip dengan demi kepentingan umum (almaslahah al-mursalah). William Blum kritikus Amerika menyebut dengan istilah "kepentingan bersama, kepentingan Amerika." Di situlah terjadi, "demokrasi menjadi ekspor Amerika paling mematikan?" Karena alasan kebijakan luar negeri: demi kepentingan Amerika atau politik pencegahan yang dibuat oknum pemerintahan Amerika? Sampai mencampuri banyak urusan dalam negara lain?
Kembali kepada Sidney Hook yang juga heran, banyak orang rela mati demi agama, tetapi katanya orang yang berpikiran rasionalis sering enggan mati atau jarang sekali orang dengan hasrat membela pandangan rasionalnya sampai berani mati, sedangkan banyak orang demi keimanannya siap mati?
Di Indonesia kini misalnya adalah satu contoh, Rocky Gerung yang dalam berbagai komentarnya tampaknya kurang suka "ideologi?" Sampai Rocky menologi ideologi Pancasila? Pada bagian lain, Ali Syariati dari Iran menegaskan setiap bangsa butuh ideologi, bangsa tanpa ideologi berarti juga tanpa identitas atau perjuangan hidup militan. Barangkali itulah di antara kritik pembangunan Peter L. Berger: kelaparan dalam kapitalisme, sedangkan teror dalam sosialisme?
Kita kasih contoh, Amerika dengan tanpa "ideologi" menjadi maju dengan "metodologi rasional, pragmatis, eksprimental saintis-individualis, kapitalis" kepentingan Amerika? Sedangkan China tampak sosialis-komunis juga menjadi maju? Kadang, kita hanya mengkritik Amerika sebagai kapitalis, sedangkan China sosialis? Meskipun, ingin berkunjung ke dua negara itu?Â
Nah, kita di Indonesia sangat beruntung, karena kita memiliki ideologi dan metodologi, setidaknya, dalam pengakuan kita masing-masing. Namun, sayangnya, kita seperti Amerika dan China dalam berbagai hal, terutama dalam ekonomi, misalnya. Kita terus menjadi 'pasar' dari dua negara tersebut?
Jadi, apapun dia itu, mau kita berideologi dan bermetodologi yang utama demi kepentingan bangsa Indonesia. Dosen dan guru saya Pak Yudian sedang di BPIP yang tentu saja mengupayakan ideologi Pancasila berdaya guna demi kepentingan bangsa Indonesia, sedangkan kadang juga saya misalnya menonton YouTube Rocky Gerung ia tampaknya terus bermetodologi, berakal sehat kata yang lain.Â
Sebenarnya, Pak Yudian juga bermetodelogi, apalagi ia paham betul kaidah atau metode ushul fiqih, sebaliknya juga Rocky itu berideologi akal sehat yang dipopulerkannya.
Semoga saja, semua itu demi kepentingan bangsa Indonesia.Â