Ibu menempati posisi terhormat dalam setiap orang, kelompok, budaya, dan agama. Setiap anak wajib menaruh hormat kepada ibu. Jasa ibu yang kerap disebut, ibulah yang mengandung dan melahirkan anak.Â
Sehebat-hebatnya seorang anak, si anak lahir dari rahim ibu. Di rahim seorang ibu, si anak dibesarkan dengan kasih sayang (rahim). Asupan dan asuhan ibu dalam rahim, semoga saja, si anak kelak menebarkan kasih ke dunia. Itulah kasih yang diperankan seorang ibu.Â
Tapi, tipe ideal ibu atau anak yang dilahirkan kadang melenceng dari asal-muasalnya yang kasih.Â
Sebagian kecil ibu menunjukkan perilaku yang kurang pas dalam memperlakukan anak. Ibarat kata psikolog psianalisis, sebuah perlakuan masa lalu yang didapati menjadi pengaruh pada masa kini-mendatang, terus menahun.Â
Begitupun umpamanya masa lalu yang agak kelak dilakukan oleh oknum "ibu" dalam membesarkan anak, kemungkinan besar tujuannya baik, cuma caranya saja kurang pas. Oleh karena itu, seorang anak tetaplah perlu menghormati ibu.Â
Dulu, saya pernah membaca buku dengan judul: Fenomena Orang Tua Durhaka? Judul buku itu ingin menyungsang logika waras. Padahal, tidak ada namanya orangtua durhaka, yang ada justru sebaliknya: anak durhaka.
Untuk itu, terlepas dari keterbatasan seorang ibu, marilah selalu berbuat dan berlaku baik kepada ibu. Kekhilafan ibu dapat kita doakan mendapati ampunan Tuhan.Â
Dengan itu, kita akan merasakan kasih Tuhan yang berlimpah dan disadari ibu untuk disalurkan kepada anaknya. Semoga saja, kita selalu mendapati ibu yang penuh kasih untuk mengasuh atau mendidik anak, tanpa batas. Termasuk di dalamnya, doa setiap ibu diijabah Tuhan.
Bersyukurlah, berterima kasihlah kepada ibu. Jasa baik seorang ibu selalu dikenang anak. Kasih ibu tak terhitung dengan angka, apalagi rupiah. Mohonlah tidak mengungkit perbuatan baik kita kepada ibu. Tidak juga perlu, kita mengeluhkan ibu. Selalulah mengingat jasa ibu dengan rasa terima kasih kepada ibu.