Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Anda Inginkan?

12 Mei 2018   21:12 Diperbarui: 12 Mei 2018   21:13 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: by Sumitha Bhandarkar.

Keinginan orang bisa berbeda. Karena itu, cara terbaik memulai percakapan atau memahami orang lain dengan mengajukan pertanyaan, apa yang Anda inginkan?

Kita perlu menyadari apa yang menjadi hal penting bagi kita belum tentu mendesak bagi orang lain. Apa yang kita hobii dan geluguti bisa jadi tak disukai oleh orang lain. Cuma memang, beberapa di antara kita begitu terkondisi dengan pengalaman dan persepsi yang kita miliki untuk dilekatkan kepada orang lain. 

Mudah sekali mengamati percakapan dua orang. Apakah mereka berupaya saling memahami keinginan. Atau malah menentang keinginan satu sama lainnya. Ini teori, dalam praktiknya, termasuk saya yang menulis ini, kadang kita menentang atau mengabaikan keinginan orang lain.

Cuma, sebagai guru sekolah sederajat SMA, saya berupaya menyelami keinginan banyak siswa dengan pertanyaan kunci, "Apa yang kamu inginkan?" Pertanyaan ini kalau diajukan secara terbuka dapat menguak hasrat dan keinginan seorang anak. Bahkan ketika seorang pelajar melakukan sedikit pelanggaran. 

Dalam beberapa kasus, saya menggunakan soal itu untuk berupaya memahami serta dengan sendirinya si anak dapat memberikan jalan keluar dari persoalannya.

Seorang siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Setelah bertanya, apa yang terjadi? Lalu, si dia menjelaskan kronologis peristiwa. Saya bertanya, sekarang apa yang kamu inginkan. Itu soal yang saya ajukan. Si dia menjawab. Saya ingin memberbaiki perilaku saya. Lalu, saya timpali, dengan cara bagaimana. Ia pun menjelaskan langkah yang akan diupayakannya. Aku setuju dengan dia untuk ia sendiri memperbaiki perilakunya.

Jadi, pertanyaan "Apa yang Anda inginkan?" berguna sebagai sarana untuk memahami orang lain berdasarkan cara pandang atau persepsinya. Umumnya, kita ingin dipahami. Bahkan sekalipun jelas-jelas kita melakukan kesalahan. Berilah kesempatan kepada siapa saja kita bertemu dan bertamu  untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan, perhatian, dan pusat perhatian seorang.

Apalagi jangan sampailah kita sebagai tamu kurang menghargai tuan rumah. Belum lama ini seorang salesman datang ke sekolah saya. Biasalah dengan training bicara yang diperolehnya berupaya mendominasi barang dagangannya untuk dijajakan kepada pihak sekolah. Bahkan karena kepercayaan dirinya yang berbaur dengan kesombongan menceramahi kami secara agak berlebihan. Ia sepertinya tidak memahami adab-sopan santun sebagai tamu dan menempatkan dirinya seakan tuan rumah di sekolah yang dikunjunginya. 

Walhasil, ia kurang mendapati respons baik dari saya khususnya, sebagai akibat ia hanya ingin menyampaikan keinginannya secara ngotot. Tanpa ia bersedia menyilang pendapat dengan mengajukan pertanyaan sederhana: Apa yang kami inginkan?

Lalu, kalau ada dua keinginan misalnya, keinginan siapakah yang didahulukan? Tergantung kepentingannya. Tapi, yang utama ialah keinginan "Kita" bukan cara saya dan bukan cara Anda, melainkan cara kita, alternatif kita. Saran, Stephen R Covey, motivator Amerika Serikat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun