Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasangan yang Disakiti, Melakukan Ini?

12 Januari 2018   16:44 Diperbarui: 12 Januari 2018   17:52 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Bagaimana perasaan pembaca budiman saat pasangan menyakitimu? Tidak sakit. Sakit sekali tak tertahankan. Dan pilihan sikap sadar.

Pertama, tidak merasa sakit. Orang yang berusaha tetap tegar seakan tidak merasa kecewa disakiti pasangannya. Model ini diperagakan beberapa artis dengan berbagai komentar mereka, yang mengaku lebih happy berpisah dengan pasangan mereka. Jadi, kata mereka, mereka tak sakit hati sekalipun disakiti.

Kita agak khawatir dengan orang macam itu, karena menurut dugaanku, mereka berpura-pura atau merasionalisasi kecewaan mereka di hadapan publik. Selanjutnya, siapa yang tahu mereka mungkin depresi jika sendiri. Bahkan, terjerumus alkoholic dan narkoba semacam pelarian sementara. Mereka sungguh, tidak begitu tahan menghadapi kesakitan dari pasangannya. Cuma, biar tampil kuat, mereka merekayasa kesan dan perasaan tegar di muka fans.

Mereka menduga, kita memuji mereka kebal masalah. Tahan banting. Tahan disakiti dan difitnah tanpa ada rasa sedikit pun kecewa?

Kedua, sakit sekali. Tak termaafkan. Sebagian orang merasakan kesakitan mendalam akibat pengkhianatan pasangannya. Ia menyulut dendam kesumat diri atau menyakiti diri atas perlakuan yang dianggapnya tak adil itu. Ada orang yang karena ditinggal pasangannya, ia bunuh diri.

Banyak kasus, ketika orang tak terkendali karena disakiti pasangannya. Dengan menyakiti diri guna mengundang simpati orang lain.

Memikirkan balas dendam, tentu saja menguras energi pikiran dan tenaga lain untuk membuat yang terbaik terhadap diri, keluarga, orang lain, dan lingkungan. Apalagi, ketika kita memantau orang yang menyakiti seakan tambah jaya? Kita menjadi tak habis pikir, bahkan bisa jadi prasangka buruk merasuki diri kita secara permanen.

Jika yang pertama kebanyakan artis, selebritas, orang kaya, dan di perkotaan, sedangkan respon kedua ini umumnya masyarakat desa.

Ketiga, pilihan sadar.Lebih proaktif, mengambil sikap bijak dan hikmah, serta menyadari kemampuan manusia melakukan pilihan secara rendah hati. Pola ketiga ini, memahami betapa hubungan manusia terutama keluarga dari berbagai segi dan aspek kemanusiaan. Adalah manusia sifatnya, bersikap kasih dan cinta. Namun, juga antara kasih dan cinta terdapat rasa benci yang sekalipun berlawanan, mata rantai itu berhubungan biar ada pembatas.

Artinya, andaipun pasangan menyakiti. Disakiti atau disakiti adalah manusia. Memang, kita berharap idealnya cinta-kasih. Cuma, realitas kehidupan kadang berjalan sebaliknya. Sebagaimana kelahiran, akan ada kematian. Ada pertemuan, kelak muncul perpisahan. Ada hubungan baik, mungkin saja beriak buruk terjadi.

Orang yang proaktif, berupaya mengubah diri daripada orang lain. Karena, hanya diri kita yang bisa kita kendalikan dengan kemurahan rahmat Tuhan. Ada pun orang lain, sulit rasanya untuk dikontrol atau di bawah kendali kita. Kecuali kita bersikap dan bermodal Firaunisme yang diktator. Bahkan, Firaun sendiri yang memiliki modal kekuasaan politik, militer, ekonomi, agamawan, dan black magic, tidak mampu mengontrol istrinya yang beriman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun