Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Kurang Kasih Sayang, Bermasalah atau Bukan di Sekolah?

7 November 2017   14:27 Diperbarui: 7 November 2017   14:35 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ilustrasi Shutterstock By Tatyana Dzemileva

Analisis paling gampang dilontarkan sebagian kecil guru di sekolah. Apa sebab anak itu bermasalah dalam belajar? Jawabnya, karena kurang kasih sayang. Maklum, kata yang lain, ia ditinggal mati satu atau kedua orangtuanya! Mafhum, ia begitu agak nakal karena kedua orangtuanya cerai, jadi ia kurang kasih sayang. Maka, di sekolah ia mencari perhatian.

Pokoknya, jawaban dan simpulannya, kurang kasih sayang. Maka ditudinglah sebagai satu biang kenakalan di sekolah. Saya, kadang kurang mengerti definisi "kasih sayang" yang diinterpretasi sebagian rekan guru. Pasalnya, setiap ada masalah anak di sekolah, seakan jawabannya: kurang kasih sayang.

Saya mencoba membaca buku psikologi. Kata psikolog, meninggalnya salah satu orangtu di masa kecil dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak? Cuma, saya belum menemukan kepastian terkait hal itu. Sebab, pengaruh itu tidak harus menentukan, karena banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan?

Aku tinggalkan psikolog, mencoba merenungi sejarah, sejarawan atau paling tidak catatan autobiografis atau biografi. Ada banyak tokoh dunia yang ditinggalkan orangtuanya (baik karena meninggal dunia, cerai, akibat perang, penyakit, atau bencana alam lainnya), tetapi pada akhirnya si anak yang kita namai malang itu justru berhasil dalam kehidupan.

Dua analis psikolog dan sejarawan itu, mungkin cukuplah menyungsang sedikit pandangan kita mengatai anak orang lain atau siswa nakal lantaran kurang kasih sayang. Ada banyak faktor intrenal dan ekstrenal, musabab, dan aspek yang melingkupi seorang anak manusia, sampai ia berperilaku baik atau agak buruk. 

Nah, untuk itu menyimpulkan segala bentuk "kenakalan" anak di sekolah, gara-gara kurang kasih sayang, rasanya terlampau dangkal. Apalagi, setiap manusia di dalam kandungan, ditempatkan dalam "rahim" ibu. Rahim sendiri berasal dari kata Arab, yang artinya kasih. Kita semua dikandung oleh ibu secara kasih. Terlepas dari persoalan manusiawi dan duniawi yang dihadapi setiap insan. Itu, bukan menjadi pembenaran bahwa kita terabaikan atau kurang kasih sayang.

Kasih sayang diperoleh setiap manusia dalam berbagai bentuknya. Sebagai contoh, jika seorang anak menjadi yatim, kemungkinan besar ia mendapati kasih yang lebih dari ibunya, atau kalau tidak kakek dan neneknya. Mungkin, dari paman atau bibinya. Atau kerabat lain, serta jiran dan masyarakat secara umum.

Beberapa orang yang kerap menuduh orang lain "kurang kasih sayang?" Saat, kuamati justru, kadang, dia sendirilah yang merasa kurang disayangi alias ia merasa kurang kasih sayang?

Singkatnya, anak yang dalam persepsi kita kurang kasih sayang, bukanlah menjadi 100% musabab "kenakalan?" Ada faktor internal serta eksternal yang melingkupi manusia dalam kehidupan ini, sehingga perlulah rasanya kita berendah hati menganalisis atau menangani permasalahan anak khususnya di sekolah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun