Mohon tunggu...
Sipri Kantus
Sipri Kantus Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah sebuah metode belajar yang paling baik. Saya menulis untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Semata Kurikulum, Tetapi Guru Perlu Jujur!

21 November 2022   11:52 Diperbarui: 21 November 2022   13:18 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

It's ok, sebab keraguan adalah salah satu tujuan dialektika agar upaya mencari pengetahuan tidak terhenti. Dialektika akan terus hidup jika guru dan murid tidak berhenti bertanya dan saling membantah, karena sejatinya sebuah dialektika mengandung sebuah hakikat pencarian yang tidak pernah selesai.        

Dari perspektif dialektika Socrates, tugas guru pada tempat pertama bukanlah pemberi jawaban, melainkan sebagai pembantu atau rekan yang membuka dan menunjukkan jalan kepada pengetahuan. 

Dengan dialektika, seorang guru meyakinkan muridnya untuk menyadari ketidaktahuannya atas sesuatu. Bagi Socrates, pengetahuan dasar manusia itu terutama adalah kesadaran akan ketidaktahuannya. Ungkapan terkenal dari Socrates adalah "saya tahu, bahwa saya tidak tahu." 

Pengetahuan serta pengakuan akan ketidaktahuan merupakan karakter dari individu yang rendah hati, jujur, menyadari dirinya telanjang atau kosong. Karakter demikian memungkinkan seorang individu untuk selalu belajar dan bersedia membuka diri untuk menerima serta diisi dengan pelbagai perspektif baru.       

Bukan Semata Kurikulum, Tetapi Guru juga Perlu Jujur!

Aplikasi dialektika Socrates pada satu sisi tidak terbatas seputar geliat seorang murid. Pada sisi yang lain, hemat penulis, ungkapan "saya tahu, bahwa saya tidak tahu" seharusnya berlaku juga untuk seorang guru, sebab dialektika menempatkan guru pun muridnya sejajar sebagai dua rekan dengan hakikat 'pencari.' 

Karenanya, melalui ungkapan itu, Socrates sebenarnya juga menantang sekaligus menggugat sikap ilmiah dan akademik seorang guru. Ungkapan itu mau mengatakan lebih jauh bahwa seorang guru juga hendaknya mengambil posisi sebagai "murid."  

Tentu, agar dialektika tidak putus, guru harus berkarakter murid. Guru berkarakter murid sekurang-kurangnya memperhatikan dua hal ini. Pertama, hindari sikap "pura-pura tahu" semuanya. 

Kepura-puraan adalah karakter semu yang menyembunyikan kekurangan dan ketidaktahuan. Seorang guru dengan karakter sekian akan menjadi halangan bagi sebuah proses dialektika sebab ia akan mendominasi pembicaraan. Ia kemungkinan tidak peduli dan bahkan juga enggan terlibat dalam pembicaraan apalagi dibantah atau disanggah dengan argumentasi tertentu oleh muridnya. 

Kedua, hindari sikap "tidak mau tahu lagi." Sikap "tidak mau tahu lagi' adalah gambaran dari karakter individu yang berhenti belajar. Baginya, puluhan tahun di sekolah sampai memperoleh gelar akademiknya kini, telah cukup untuk menjawab semuanya. Guru seperti ini sudah menutup diri terhadap dinamika yang terus berjalan. Dia sedang mengingkari waktu yang mempunyai sifat khas yaitu perubahan. Dialah individu yang hanya bertahan dan terpukau pada romantika masa lalu (status quo). Dengan itu, dia menghambat pencarian pengetahuan baru, sebab dia tertutup untuk menerima bantahan atau sanggahan yang ditiupkan oleh angin perubahan.     

Di penghujung ulasan ini, sekali lagi saya mau katakan bahwa dialektika Socrates sebenarnya juga menggugat guru (saya) untuk melihat diri secara jujur. Meski kita membutuhkan bantuan tutor yang hebat, tetapi percayalah seorang guru tidak sepenuhnya bisa dirubah oleh sebuah trend pergantian kurikulum. Guru perlu regulasi untuk sebuah ruang gerak yang merdeka, namun guru yang inovatif, kreatif, kritis, inspiratif dan lain-lain seperti yang dikehendaki kurikulum itu akan terpenuhi manakala seorang guru bersedia untuk terus belajar; Belajar dan mencari, yang lahir dari kesadaran, kejujuran dan pengakuan: "saya tahu, bahwa saya tidak tahu."*  

*Penulis adalah guru di SMK Swakarsa Ruteng, Co-Author untuk Buku SETAPAK LITERASI; Antologi Tulisan Para Guru SMK Swakarsa 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun