Mohon tunggu...
Sintya DeviKurniawati
Sintya DeviKurniawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Sukses Farida Penjual Es Coklat Keliling

6 Desember 2022   17:00 Diperbarui: 6 Desember 2022   17:01 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Es coklat dagangan farida (sumber : Dokumen Penulis)

SURAKARTA -- Ditengah ramainya pengunjung yang berbondong-bondong dari berbagai daerah pada Muktamar Muhammadiyah yang ke-48 di Colomadu, terlihat seorang perermpuan berusia 25 tahun sedang kewalahan mengatur pembeli.

Berbagai kalangan dari umur yang muda hingga tua datang silih berganti dengan penuh semangat. Tidak hanya masyarakat Muhammadiyah saja yang menghadiri acara Muktamar, pedagang asongan dan UMKM juga ikut mencari berkah rezeki.  Salah satunya Farida, penjual es coklat keliling. Siapa yang tidak mengenal es coklat? Minuman milenial yang sekarang keberadaannya sudah tersebar dimana-mana. Salah satunya, di kota Surakarta. Rasanya belum lengkap jika ke Surakarta belum mencicipi Es Coklat ini. Panas dan teriknya Surakarta membuat tenggorokan kering. Solusinya adalah meneguk es yang segar. Kuliner legendaris ini sudah diwariskan secara turun temurun. Es coklat merupakan minuman berbahan dasar coklat yang disajikan menggunakan cup plastik atau gelas.

Jika anda ingin mencicipi minuman ini, anda tidak perlu jauh-jauh ke Surakarta. Di setiap daerah sudah mempunyai hidangan ini yang tak kalah sama enaknya. Salah satunya Yogyakarta. Walaupun minuman ini bukan khas Yogyakarta, tetapi banyak kedai yang tersebar serta cocok dengan lidah orang Yogyakarta yang suka dengan hidangan ini, terutama kaum milenial.

Satu-satunya penjual Es Coklat di area Muktamar adalah Farida. Biasanya dia berjualan es coklat di area Car Free Day. Kemudian, ketika mengetahui adanya event Muktamar dia memilih berjualan di area De Tjolomadoe. De Tjolomadoe terletak di Jalan Adi Sucipto No.1, Karanganyar. Farida mendirikan kedai disana untuk menarik pembeli.

"Tahu ada event ini dari Instagram De Tjolomadoe tentang Muktamar," kata Farida.

Farida mengaku tak kesulitan untuk mendapatkan ijin berjualan di area De Tjolomadoe. Dia menyiapkan kedainya sehari sebelum acara Muktamar berlangsung. Dengan bermodalkan alat tikar untuk pengunjung duduk dan kedai sederhana, dia mampu menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya. Tak jarang, ibu hingga adik-adiknya membantu dia saat berjualan karena ramainya pengunjung.

Perempuan berusia 25 tahun ini adalah seorang pekerja keras, hampir setiap hari dia duduk memandangi jalanan di depan gerobak jualannya. Seorang perempuan yang berusaha membiayai hidup orang tuanya dan adik-adiknya rela melakukan pekerjaan apapun untuk bisa bertahan hidup. Menurutnya, jika bukan dia yang mencari nafkah untuk keluarganya, adik-adiknya tidak akan bisa melanjutkan sekolah. Terlebih ibunya yang sudah lanjut usia dan adik-adiknya yang masih kecil. Selama berjualan dia selalu ditemani oleh ibunya yang duduk sambil melihat sekitar dan adik-adiknya yang membantu menyiapkan atau mengantarkan minuman. Setiap harinya ia memulai aktifitas dengan menyiapkan keperluan berjualannya di rumah. Dengan menggunakan gerobak itu dia bergegas mencari tempat untuk berjualan.

Terkadang dia ingin menempuh pendidikan lanjut, namun karena keterbatasan biaya dia rela mengorbankan mimpinya untuk membiaya hidup keluarganya. Segala macam pengorbanan dan perjuangan rela dia berikan hanya untuk ibu dan adik-adiknya. Walaupun hidup dengan perekonomian yang terbilang pas, hal ini tidak mematahkan semangat Farida untuk tetap berjualan dan menyekolahkan adik-adiknya sampai jenjang yang lebih tinggi. Farida hanya berharap, kelak adik-adiknya mampu menempuh pendidikan dan meraih cita-cita yang mereka inginkan.

Farida menceritakan bahwa sebelumnya dia pernah bekerja di salah satu toko kosmetik untuk membiayai hidup keluarganya. Namun, karena hasilnya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dia memutar otak untuk mendirikan usaha. Setelah mencari apa yang sedang tenar dikalangan masyaarakat saat ini, Farida memutuskan untuk berjualan Es Coklat Cocol. Dia memulai bisnis ini dengan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dari pekerjaan dia sebelumnya. Dari uang itulah dia mampu membeli gerobak dan membeli beberapa peralatan lainnya.

Farida menjelaskan bahwa dia membuka usaha ini sejak 2 bulan lalu. Penghasilan tiap harinya mampu membiayai hidupnya dan keluarga. Pada bulan pertama sudah mampu mengembalikan modal yang dia keluarkan untuk membangun kedai ini. Tak heran jika dengan waktu yang singkat sudah mampu mengembalikan modal yang dikeluarkan karena rasa es coklat dan harga yang terjangkau. Untuk harga segelas es coklat adalah Rp 7.000. Sedangkan dengan roti nya Rp 9.000. Karena harganya yang terjangkau, tak heran es coklat ini tak pernah sepi. Dalam sehari, kedai ini bisa menghabiskan lebih dari 100 gelas.  Es ini berupa es coklat kental dengan sepotong roti yang dijual terpisah. Lebih enak jika diminum dengan mencocol roti tersebut kedalam es. Ini akan menyegarkan sekaligus mengenyangkan.

Farida mejelaskan bahwa dia mengalami kesulitan untuk mencari tempat yang tetap. Jika musim hujan, dia kadang hanya berjualan saat pagi hari saja. Dia rela berjualan dibawah teriknya panas untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Setiap harinya dia mampu membawa pulang uang Rp 1.500.000 jika dagangannya terjual habis.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun