Mohon tunggu...
Inovasi

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, di Situlah Cintaku Berlabuh

26 Februari 2018   07:04 Diperbarui: 26 Februari 2018   07:10 6319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Membedah Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama julukan Buya Hamka. Pengarang yang memiliki jiwa kesastraan tinggi ini lahir di Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981. 

Novel ini ditulis oleh pengarangnya sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah. Isi dalam novel ini, Hamka mengkritik adat istiadat yang masih kental dianut oleh masayarakat sekitar, terutama dalam tradisi pernikahan. Novel ini kisahnya tak lekang oleh waktu, walaupun merupakan novel terbitan zaman dulu, namun situasi dan ceritanya masih relevan dengan zaman sekarang. 

Kisahnya yang romantis, sedih, sekaligus menyentuh dapat membuat pembaca terhibur dan terbawa perasaan. Hamka merupakan pengarang hebat yang memiliki jiwa kritikus sastra Indonesia. Novel yang mendobrak pintu sastra Indonesia ini mengangkat tema yang sangat menarik yaitu kasih yang tak sampai. Perjuangan dua insan yang saling mencintai dalam landasan jiwa keihlasan dan kesucian. Warisan budaya yang masih dipercayai dapat membuat orang berselisih dalam ikatan hati dan rasa yang dimiliki dua insan tersebut, itulah yang dialami mereka. Dapat dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.

"Ia diusir, meskipun dengan cara halus. Perbuatannya dicela, namanya dibusukkan. Seakan-akan tersuci benar negeri Minangkabau ini dari dosa. Seorang anak muda, yang berkenalan dengan seorang anak perempuan, dengan maksud baik, maksud hendak kawin, dibusukkan, dipandang hina." (Hal.41)

Dari kutipan di atas dapat dilihat ada berbagai macam ujian yang dihadapi karena tradisi masyarakat yang masih kokoh dan kuat dalam budaya mereka, bahkan mereka saling mencintai namun tak bisa saling memiliki.

Novel ini menceritakan kisahnya dalam kejadian yang berurutan. Alur yang digunakan merupakan alur maju, karena ceritanya mengalir ke depan tanpa berjalan mundur atau menceritakan kisah yang sudah lampau. Dimulai dengan pengenalan karakter utama yaitu Zainuddin dan konflik Zainuddin yang diusi dari Batipuh, hingga Zainuddin meninggal dunia. Dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

"Tiba-tiba, setelah kira-kira setengah jam dia meninggalkan kampung yang permai itu mengayun langkah yang gontai, gonjong rumah-rumah telah mulai ditimpa cahaya pagi, disuatu pendakian yang agak sunyi, di tepi jalan menuju Padang Panjang..." (Hal.42)

Selain kutipan di atas, ada pula bukti lainnya.

"Apalagi setelah sakitnya lebih sepuluh hari, kerap kali dia mengingau dalam tidurnya..." (Hal.89)

"Dan sampai matinya pun dalam penuh cinta. Tetapi sungguh pun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya..." (Hal.140)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun