Mohon tunggu...
rdsinta
rdsinta Mohon Tunggu... Freelancer - Content writer

| Bacalah untuk upgrade dirimu | Double Degree S1 Farmasi dan Sastra Inggris 2022, aktif dalam penulisan konten tentang berbagai informasi yang unik, menarik dan kekinian di sekitaran masyarakat | Instagram : @rdsinta_

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Awan "Ufo" Tanda Bencana Datang?

8 Februari 2023   11:00 Diperbarui: 8 Februari 2023   11:01 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awan Lenticularis di Turki seperti Ufo via Kompas.com 

Awan “ufo” nama yang baru-baru ini trending karena kemunculannya dan dianggap sebagai tanda akan terjadinya bencana besar dalam waktu dekat. Sebenarnya, kemunculan awan ini hanya fenomena atmosfer biasa yang biasanya muncul di daerah perbukitan dan pegunungan namun pada kejadian langka awan ini dapat muncul pula di daratan yang datar atau rendah. Kemunculannya tergolong langka karena termasuk subklas awan khusus. Nama asli dari awan ini disebut awan lenticularis. Di Indonesia sendiri kemunculan awan ini pernah terlihat di beberapa gunung khusunya di pulau Jawa seperti Gunung Lawu, Merapi, Merbabu, Arjuno, dan lainnya.

Perlu diketahui, sebenarnya kemunculan awan lenticularis ini bukan termasuk tanda akan terjadinya bencana besar. Awan ini hanya terbentuk karena efek dari kecepatan angin yang berfluktuasi karena adanya front di atmosfer. Bentuknya yang unik terjadi karena perbedaan ketinggian pada beberapa level yaitu :

  • Jika terbentuk pada ketinggian kurang dari 2.000 meter dinamakan Stratocumulus standing Lenticular (SCSL).
  • Awan lenticularis yang terbentuk pada ketinggian 2.000 – 7.000 meter dinamakan Altocumulus standing Lenticular (ACSL).
  • Jika terbentuk pada ketinggian 7.000 meter dinamakan Cirrocumulus Standing Lenticular (CCSL).

Awan lenticularis ini disebut juga awan yang terperangkap karena terlihat diam pada tempat terbentuknya. Awan cantik ini terbentuk ketika arus angin sejajar pada permukaan bumi dimana mendapat hambatan dari objek tertentu di pegunungan. Akibat hambatannya itu, arus udara bergerak naik secara vertikal menuju puncak awan. Teorinya, jika udara naik maka akan menampung banyak uap air yang stabil dan ketika mencapai suhu titik embun, awan tersebut mulai berkondensasi dengan mengikuti kontur gunung. Lalu, saat bergerak turun, kondensasi terhenti menyebabkan awan seperti diam karena terbentuk dari sisi arah datangnya angina (windwide side) pada puncak gunung dan hilang di sisi turunnya angin (leeward side).

Semakin tinggi udara maka semakin jenuh dan dingin yang dapat membuat terbentuknya awan. Bentuknya yang unik seperti ufo dengan gumpalan atau topi dan terkadang berbentuk lingkaran sebenarnya muncul di lingkungan yang sangat berangin. Bagian yang berbentuk seperti pusaran air berputar-putar akan menghasilkan awan rotor dan merupakan bagian udara yang naik, cukup dingin biasanya menghasilkan hujan dengan intensitas sedang.

Awan rotor inilah yang berbahaya di dunia penerbangan karena menyebabkan terjadinya turbulensi. Pilot yang melihat awan lenticularis ini akan berusaha menjauhinya karena jika mendekat pesawat akan terhempas oleh turbulensi dari putaran angin karena “rotor” dan hempasan “breaking wave” pada ketinggian ACSL hingga CCSL. Sisi keuntungannya selain terlihat cantik dan menarik, awan ini dimanfaatkan para olahragawan para layang untuk menerbangkan pesawatnya dengan tetap berhati-hati agar tidak terjebak gelombang gunung di sisi belakang.

Demikian, beberapa penjelasan mengenai awan lenticularis, jadi masih percayakah anda di balik kecantikan dan keindahan awan ini sebagai tanda bencana datang?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun