Mohon tunggu...
Sinly Evan Putra
Sinly Evan Putra Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Seorang penulis, selamat datang di blog https://www.kompasiana.com/sinlyevanputra/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bebaskan Dirimu, Saatnya Beralih ke Listrik Pintar!

21 April 2016   17:45 Diperbarui: 21 April 2016   20:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokpri"][/caption]

Bercerita tentang listrik, banyak sekali cerita yang tidak terlupakan. Saya beruntung merasakan tiga masa sekaligus dari mencicipi hidup dengan tanpa listrik, listrik pasca bayar sampai dengan listrik pintar. Dari ketiga masa ini, mengajarkan bagaimana kita harus menghargai listrik sampai dengan memanjemen penggunaan listrik sesuai kebutuhan. Bagaimana cerita Saya pada masa-masa itu, berikut ceritanya.

Teplok dan Muka Hitam

Hidup tanpa listrik, Saya alami saat masa akhir tahun 80-an. Karena tidak ada aliran listrik, maka lampu teplok adalah andalan penerangan malam hari. Buat generasi tua, pasti ingat hubungan antara lampu teplok dan muka hitam. Teplok sendiri adalah lampu sumbu berbahan bakar minyak tanah, dan punya tudung lampu atau istilahnya semprong.

Saat malam hari, lampu teplok inilah yang menemani. Memainkan besar kecil nyala api, adalah sebuah hiburan tersendiri. Semakin besar nyala api, maka ruangan semakin terang, tapi sayangnya semakin banyak juga asap hitam pekat yang mengebul.  Terlalu dekat dengan lampu, akan membuat muka dan hidung menjadi hitam  atau kalau kelupaan mematikan, di pagi hari, muka akan menghitam. Jangan heran, karena asapnya, maka atap-atap rumah zaman dulu, pasti hitam-hitam. Bagi anak-anak, belajar dengan lampu teplok butuh perjuangan ekstra untuk melawan redupnya api, mata yang lelah dan mata yang terkantuk-kantuk.

Masa itu, di malam hari tidak banyak aktivitas yang bisa di perbuat. Karena tidak ada listrik, semua menjadi serba terbatas dan gelap gulita. Berpergian di malam hari adalah sesuatu yang dihindari. Satu-satunya hiburan adalah dari radio. Sedangkan hiburan yang paling di tunggu adalah jika ada hajatan atau pesta pernikahan. Masyarakat bisa berkumpul bersama termasuk anak-anak. Lampunya bertambah, tidak hanya lampu teplok tapi ada juga lampu petromak yang nyalanya lebih terang, tetapi perlu keahlian khusus dan waktu yang lumayan lama untuk menghidupkannya. Di masa sekarang, jika ada daerah yang masih seperti ini kondisinya, tentu akan mendapat label “daerah tertinggal”.

Listrik Pasca Bayar dan Problematika yang Membudaya

Lepas dari masa-masa suram tanpa listrik, Saya akhirnya menikmati listrik pasca bayar. Tidak dapat dipungkiri, selama puluhan tahun sampai dengan sekarang, listrik telah menghadirkan kehidupan lebih baik serta menciptakan multiplier effect yang luar biasa, berbagai inovasi lahir untuk kemudahan hidup, roda ekonomi pun mengeliat, malam menjadi bertabur cahaya.

Dengan listrik pasca bayar, Saya punya cerita tersendiri soal tagihan saat masih tinggal mengontrak. Surat pemberitahuan pemutusan sementara pernah saya terima melalui agen PLN. Hal ini terjadi karena kelalaian dalam melakukan pembayaran tagihan tepat waktu. Karena surat pemberitahuan itu, hidup pun menjadi uring-uringan, makan tak kenyang, tidur tak nyenyak, karena menjadi beban pikiran. Akhirnya dengan terpaksa Saya menemui kepala ranting PLN untuk meminta tempo waktu pembayaran.

Problematika yang saya alami mengenai kedisplinan dalam membayar tagihan pasti pernah di alami pula oleh pelangan-pelangan listrik pasca bayar lainnya sampai dengan hari ini.  Seperti contohnya yang diberitakan di koran lokal di mana 32.475 pelangan PLN menunggak atau hampir 50% lebih dari total pelangan, dengan rata-rata pelangan menunggak lebih dari tiga bulan.

[caption caption="dokpri"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun