Kita berada di tengah orang-orang yang mengagungkan puisi Fiersa Bersari dan Handoko Tjung.
Atau lihat saja sambat-sambatan di beranda twitter Tirto, Kompas, bahkan Tempo yang juga ingin menghadirkan berita yang informatif dan faktual tapi menggunakan bahasa milenial yang akrab dengan keseharian kita semua. Seperti mantul dan santuy. Apakah media-media tersebut jadi kehilangan esensinya? Tentu tidak kan.
Hari ini ada beragam cara yang bisa kita pilih sebagai medium yang tepat untuk menyampaikan segala keresahan kita, dibanding menganggap hal yang lain salah dan harus mengikuti hal yang menurut kita benar, mengapa kita tidak belajar untuk jumpa di tengah saja? Belajar meredakan ego, belajar untuk terus mau belajar.
*) Note: Beberapa minggu lalu saya mengirimkan tulisan ini untuk kesekian kali di portal Mojok, namun saya sadari ada banyak kekurangan di dalam tulisan saya. Saya putuskan untuk mengunggah di Kompasiana, sebagai plaform belajar saya. Feedback dari para pembaca sangat saya harapkan.