Mohon tunggu...
Sindi Nur Diansyah
Sindi Nur Diansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan Sahaja

Warnai hidup dengan selalu menebar kebaikan dimanapun

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mari Belajar Bersyukur dan Merawat Kegagalan sebagai Pengalaman

19 Januari 2021   17:01 Diperbarui: 20 Januari 2021   11:05 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kring.. Kring… Kring…. 

Bunyi alarm pukul 03.00 menyala pagi ini, rasanya seperti ke charge semangat saat alarm itu membangunkan. 

Saya ingat betul padahal malam sebelumnya mulai tertidur kira-kira pukul 00.30, iya karena esok hari akan mendapat kabar yang kurang lebih hampir 2 minggu ditunggu. Pukul 03.00 ku semangat bangun pagi dan tak lupa mengecek laman alamat pengumuman, nyatanya belum keluar. Dalam hati bergumam “ya kali di admitnya jam 3 subuh, haha (menertawakan diri sendiri)”. Ku lanjutkan untuk ambil air wudhu dan sholat seperti biasa sembari menunggu adzan subuh kala itu.

Pagi hari mulai pukul 07.00 hingga ashar pukul 16.00 belum ada pengumuman yang muncul dalam laman yang telah ditentukan. Rasanya jengkel sendiri, tapi tetep semangat untuk membuka laman tersebut. Akhirnya tepat setelah adzan magrib sembari berbuka puasa karena waktu itu hari senin bertepatan dengan puasa senin kamis yang kadang saya kerjakan, saya mencoba iseng membuka laman pengumuman yang di tunggu tunggu.

Dak.. Dik… Duk…. suara detak jantung terasa sekali, saat laman itu berisi kolom kosong. 

Saat itu belum ada tulisan selamat atau maaf, padahal di grup perkumpulan calon mahasiswa sudah rame tentang hasil yang keluar. Saya coba tenang dan husnudzon bahwa servernya mungkin masih error, sampai beberapa kali chat teman terdekat untuk membukakan link dari browser mereka. Singkat cerita setelah merasa lelah untuk mencoba berbagai hal akhirnya mencoba untuk merefresh terakhir kalinya. Akhirnya ku baca kalimat “Mohon maaf Saudara dinyatakan tidak lolos…………”.

Huuuh.... Hela nafas panjang dan mencoba merenung sebentar dengan hasil yang diperoleh. Sebenarnya hasil itu sudah dapat diprediksi dari setelah tes wawancara saat itu. Tapi hati terus mencoba untuk berhusnudzon bahwa takdir Tuhan akan baik, nyatanya saatnya tiba waktu pengumuman hasilnya tidak baik. Ya tidak apa-apa, ini adalah pengalaman karena baru pertama mencoba. Jika diperbolehkan jujur, saya paling takut dengan kegagalan, karena untuk bangkit tidak setiap orang punya kemampuan yang sama untuk dapat berdiri tegak layaknya tiang listrik yang memanjang di setiap jalan. Rasanya memang menyakitkan tapi saya sudah berusaha dan kini hati rasanya lega menerima hasil yang tidak baik.

Memulai dengan menguatkan niat dan tekad untuk mendaftarkan diri sebagai mahasiswa baru di tahun 2021 adalah langkah awal saya. Kemudian langkah kedua adalah belajar kembali apa yang perlu dipersiapkan untuk tes, kurang lebih selama satu bulan belajar beberapa materi tes. Dan tahapan terakhir adalah menjalaninya, tiba hari tes itu dan rasanya memang tidak siap. Namun siap atau tidak siap saya coba untuk menjalani dengan bermodalkan Bismillah. Hari pertama tes takut, tapi setelah selesai tes akhirnya lega dan sempat positif thinking tentang hasilnya karena dengan pedenya saya merasa bisa dengan tes tulis di hari itu. Masih ada hari kedua yang harus dilewati, tes kedua adalah wawancara. Sebenarnya hanya ada yang tanya dan saya menjawab saja, tapi nyatanya pertanyaannya mematikan!

Tes wawancara membuatku down dan lantas harus berpikir ulang tentang plan yang selanjutnya akan di lakukan, karena saya tipe orang planer jadi apapun harus serba terukur dan sudah tersistematis dengan baik. Saya ingat betul kalimat yang keluar dari pewawancara waktu itu, “Belum ada ini itu kok sudah mau sekolah lagi!”, “Belum pernah menjadi ini itu kok mau sekolah disini!”. Ini itu sengaja saya tidak sebutkan karena memang akan menyakitkan bila diingat kembali. Mulai sejak saat itu rasa pesimis yang muncul sampai hari pengumuman tiba, dan duar! benar saja SAYA GAGAL.

Singkat cerita kabar tidak baik itu saya kabarkan ke beberapa teman dekat dan respon mereka memberikan semangat dan support untuk mencoba lagi. Dari sini saya belajar bahwa kegagalan adalah pengalaman dan sebuah kesuksesan yang tertunda, meski belum tau kapan waktunya tapi keyakinan untuk berjuang masih tersisa dan akan mewujudkan demi mengukir cerita akhir yang membahagiakan. Karena kita harus sadar dan meyakinkan diri bahwa saat kita punya mimpi yang tinggi kita harus siap dengan kegagalan, dan lagi-lagi harus meyakinkan diri bahwa suatu hari nanti hasil tidak akan menghianati pengorbanan.

Beberapa hari setelah hari itu ada teman yang kebetulan chat dan tanya perihal persiapan untuk kelulusannya, karena kebetulan saya lulus duluan sehingga dianggapnya pengalaman saya ada saat itu. Ia mengabarkan tentang beratnya membayar UKT karena molornya kuliahnya, sebenarnya tidak menyalahkan atas keterlambatannya karena di tahun ini dunia sedang tidak baik-baik saja dengan munculnya virus. Virus itu disebut COVID-19 yang menyebabkan beberapa hal menjadi terbatas untuk dilakukan, termasuk kasus teman saya yang penelitiannya sulit dilakukan karena sekolah sebagai subjeknya tidak mengizinkan penelitian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun