Mohon tunggu...
Sindi Darmawan Prasetyo
Sindi Darmawan Prasetyo Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca yang ingin menulis

Menulis sedikit tapi bermanfaat, karena memberi inspirasi lebih penting dari sekedar menjadi viral

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Menakar Bibit, Bebet, dan Bobot Calon Juara Dunia MotoGP

6 Mei 2020   16:16 Diperbarui: 7 Mei 2020   15:11 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: twitter.com/motogp

Bibit, bebet dan bobot merupakan frasa yang sering digunakan orang Jawa untuk menentukan jodoh. Dengan mempertimbangkan tiga kriteria tadi, sebuah pilihan jodoh diharapkan bisa memberi kehidupan pernikahan yang bahagia dan sejahtera.

Tapi kita tidak akan berbicara soal jodoh dalam pernikahan. Yang akan kita bahas adalah jodoh sebagai juara dunia MotoGP. Dimana hubungannya?.

Bibit, bebet dan bobot sejatinya punya makna mempertimbangkan secara detail kualitas berdasarkan asal muasal, kapasitas dan keunggulan pribadi seseorang. Pendekatan itu yang akan digunakan untuk menakar profil pembalap MotoGP yang berpeluang 'berjodoh' dengan gelar juara dunia.

Sebagaimana olahraga motorsport pada umumnya, sejumlah faktor seperti keunggulan mesin, aerodinamika, skill hingga fisik pembalap menjadi modal yang saling berakumulasi untuk menghasilkan keunggulan.

Tim dengan dukungan teknis dan sponsor yang kuat ibarat bibit (keturunan) dan bebet (ekonomi) yang baik. Dalam hal ini tim pabrikan bermodal kuat punya keunggulan.

Tapi kegagalan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo musim lalu dalam memberikan kemenangan sekalipun berada di tim yang kuat, mengisyaratkan ada satu hal yang belum lengkap, yakni bobot.

Bobot dimaknai sebagai tinggi rendahnya kualitas individu. Di era MotoGP modern ternyata skill saja bukan satu-satunya modal individu. Ada hal lain yang mempengaruhi kualitas pembalap.

Motor MotoGP berevolusi dengan tenaga yang semakin besar sedangkan dimensi motor semakin kecil. Ini membutuhkan profil fisik pembalap yang khusus. Sehingga bobot alias berat badan dalam arti sesungguhnya ikut menentukan kualitas pembalap.

Semakin berat bobot tubuh pembalap akan menambah beban roda belakang, mempengaruhi kinerja pengereman dan mengurangi akselerasi motor.

Semakin tinggi postur pembalap akan menyulitkan posisi tubuh dalam menguasai motor dan menambah retensi yang mempengaruhi aerodinamika. Dan pembalap berpostur tinggi cenderung berbobot lebih berat pula.

Bobot minimal motor MotoGP sesuai regulasi FIM adalah 157 kg. Bobot tersebut belum termasuk bobot pembalap dan bahan bakar. Mesin adalah komponen terberat motor dengan bobot 40 kg. Dalam situasi balapan, proporsi bobot motor berbanding pembalap yang umum berkisar antara 70:30.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun