Mohon tunggu...
Sindi Darmawan Prasetyo
Sindi Darmawan Prasetyo Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca yang ingin menulis

Menulis sedikit tapi bermanfaat, karena memberi inspirasi lebih penting dari sekedar menjadi viral

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mencari Hilangnya Mata Rantai Regenerasi Timnas

30 Maret 2020   17:17 Diperbarui: 30 Maret 2020   17:20 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG 

Skenario ke dua PSSI adalah membuat jalur pembinaan luar negeri. Program Garuda Select dilaunching pada 2018. Mantan kapten Chelsea, Dennis Wise ditunjuk sebagai direktur.

Garuda Select merupakan program pembinaan lanjutan dari EPA, dimana pemain-pemain terbaik EPA akan diseleksi dalam jumlah 24-27 pemain. Mereka akan dikirim ke Inggris selama enam bulan untuk mendapat pelatihan berstandar FA dan uji tanding melawan klub lokal.

Langkah seperti ini mirip dengan apa yang pernah dilakukan PSSI di masa lalu. Proyek prestisius bernilai puluhan miliar sudah sering dilakukan di beberapa 'kiblat' sepakbola dunia.

Binatama adalah proyek 'sekolah' asing pertama yang dibuat PSSI di tahun 1979. Pemain muda dan tim pelatih dikirim ke Brasil untuk menimba ilmu dari Walter Alves. Binatama disiapkan PSSI sebagai proyeksi tim Olimpiade 1980 dan Piala Dunia 1982. Jangankan memenuhi target, proyek ini bubar di tengah jalan karena isu non teknis. Parahnya lagi, Indonesia gagal di kualifikasi Olimpiade 1980 dan Pra Piala Dunia 1982.

Setelah gagal dalam proyek Binatama, PSSI memulai proyek berikutnya yang diberi nama Garuda. Di tahun 1987 proyek Garuda II resmi diluncurkan.

Jika proyek Garuda I dilakukan dengan mendatangkan tim teknis asing dari luar negeri, maka Garuda II dilakukan dengan mengirim pemain muda untuk mendapat pelatihan di Ceko. Targetnya adalah lolos ke Olimpiade Barcelona 1992. Hasilnya nihil, Indonesia gagal lolos ke Olimpiade.

Yang paling prestisius tentu saja proyek PSSI Primavera di tahun 1993. Italia yang menjadi 'kiblat' sepakbola Eropa saat itu dipilih sebagai lokasi pembinaan. Dana Rp. 12 miliar disiapkan untuk mengirim tim muda Indonesia bertanding di kompetisi Primavera. Secara jangka panjang tim Primavera disiapkan untuk menembus Olimpiade Atlanta 1996. Tapi lagi-lagi Indonesia gagal lolos.

Proyek pembinaan ke luar negeri tidak pernah berhenti. Tahun 2008, PSSI membentuk Sociadad Anonima Deportivo (SAD) yang berisi pemain-pemain U-17 terbaik untuk mengikuti kompetisi Liga Uruguay U-17.

Mereka ditargetkan lolos ke Piala Asia U-19 2010. Meski akhirnya gagal lolos dan proyek SAD sempat berhenti, namun PSSI memutuskan untuk melanjutkan kembali. Proyek ini dibagi dalam lima gelombang dan berlangsung hingga 2012. Proyek SAD disebut menghabiskan anggaran Rp. 12,5 miliar.

Pengalaman masa lalu sudah memperingatkan kita bahwa pembinaan sepakbola ke luar negeri bukan cara terbaik. Kesan menghamburkan uang lebih terasa mengingat seringnya gagal memenuhi target, padahal biaya program sangat mahal.

Sistem seleksi dalam menentukan tim juga tidak memberi kesempatan yang merata untuk pemain-pemain muda. Pemain muda yang tidak lolos seleksi akan mengadu nasib di klub Liga 1 sambil menolak jadi 'cadangan mati' atau berkompetisi di liga kasta bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun