Cukup dengan ngerem laju inflasi kita bisa menunda beli rumah tanpa harus takut harga rumah itu naik. Seperit yang sudah saya jelaskna diatas, bukan harga rumah yang naik. Tapi daya beli uang kita lah yang mengelami penurunan.
Buktinya emas 21 kilo tahun 1950 masih bisa kok membeli rumah elit di Jakarta. Emas 21 kilo itu kalau dirupiahkan saat ini bisa mencapai 20 miliar. Uang 20 miliar ini kan bisa beli 1 blok rumah di Jakarta. Wkwkwkwk..
Nah kita kan ga perlu beli rumah satu blok.. tugas kita cuma beli 1 saja. So kita tidak perlu mengumpulkan emas sampai 21 kilo juga. Wkwkwkwk.
Sampai kapanpun sekilo emas tetap bisa membeli 1 rumah yang tidak jauh dari perkotaan..
Kita bisa kok ngerem laju inflasi
Inflasi hanya menghantui mereka yang memegang uang tunai/tabungan biasa. Sebab uang yang kita pegang semakin lama semakin tidak berharga akibat AKTIFITAS ekonomi yang rumit.
Apabila kita ingin menghentikan laju inflasi. Kita harus segera menukarkan uang dalam bentuk aset/barang yang kebal terhadap inflasi.
Sebetulnya ada banyak pilihan. Bisa dalam bentuk saham, reksadana, tanah, emas. Namun kalau kita salah memilih instrumen, kita akan mengalami kerugian yang lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkan oleh inflasi.
Setiap instrumen ini punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ada instrumen yang bisa memberi keuntungan besar, tapi dia bisa juga memberi kerugian besar. Bukan hanya kerugian.. uang kita bisa lenyap tak berbekas.
Sebelum memilih instrumen apa yang cocok untuk kita, sebaiknya kita memang harus mengenal diri sendiri. Seberapa besar toleransi kita terhadap resiko kerugian.
Pelajari resiko setiap instrumen
Belakangan saya sering mendengar teman membahas saham, apakah saya harus ikutan juga?
Gimana yaa.. namanya juga lagi tren, biasanya orang-orang pasti ngikutin tren lah.. kalau mau ikut silahkan.. tapi kamu harus ingat before invest your money.. invest your time to learn how to invest your money.