Mohon tunggu...
Si Murai
Si Murai Mohon Tunggu... Editor - Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

“Do not ask who I am and do not ask me to remain the same. More than one person, doubtless like me, writes in order to have no face.” ― Michel Foucault

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hidup ala Overthinking

25 Maret 2021   14:49 Diperbarui: 25 Maret 2021   16:25 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Overthinking (knowyourmeme.com).

Menulis bisa mengurangi overthinking kita karena ada upaya penyaluran energi di sana. Jika menulis bukan hobi kita sekalipun, menurut saya, menulis tetap bisa menjadi "terapi" untuk seseorang yang sedang dilanda overthinking. Tulis saja apa pun. Jika tidak mau menulis apa pun, ya tulis saja apa yang kita jalani hari ini secara teknis, tidak perlu pakai rasa. Sebagai contoh, kita bisa menulis bahwa kita hari ini bangun jam sekian, lalu melakukan ini, itu, lalu begini, begitu, dan mengalami ini, itu, lalu tidur jam sekian--seperti membuat jurnal (diary). Dalam proses menulis itu, nanti ada pikiran-pikiran yang tidak kita duga akan turut memengaruhi tulisan kita. Tanpa kita sadari, kita telah memberikan rasa pada tulisan "remeh" kita itu. Pengaliran rasa dan pikiran ini penting untuk menyelamatkan diri kita yang sedang overthinking mengingat banyak sekali manfaat menulis, terutama menulis jurnal (lihat di sini).

Sekali lagi, ini juga based on pengalaman sendiri. Akan tetapi, pada kegiatan menulis ini ada kendalanya juga, yakni kita mengeluarkan energi lebih banyak dan fokus lebih besar. Jadi, cukup banyak juga yang harus disiapkan sebelum menulis, setidaknya kita lebih harus mempersiapkan sesuatu secara teknis ketimbang melakukan self talk. Sebagai contoh, kita harus menyediakan waktu untuk menulis (tidak bisa disambi dengan memasak atau menemani anak bermain); menyediakan alat tulis, bisa laptop, ponsel, kertas, pulpen, dan lain-lain;  menggerakkan tangan lebih banyak; duduk lebih lama untuk menulis; dan lain-lain.

Karena itu, ada sebenarnya satu cara lagi ala saya untuk mengatasi overthinking, yaitu membaca buku. Menurut saya, cara ini adalah yang paling sederhana sebenarnya karena kita cenderung diam, tidak banyak melakukan aktivitas (berbicara atau menulis).

Membaca Buku

Kalau sudah benar-benar lelah, baik fisik maupun jiwa, seperti banyak bicara dan marah-marah sudah capek, mau menulis tidak ada kesempatan dan tenaga, saya akhirnya memilih cara yang paling aman dilakukan, yaitu membaca buku. Membaca buku dapat mengalihkan fokus saya sekaligus membangun fokus saya. Kalau merasa sudah stuck, saya lebih suka mencari buku di antara tumpukan buku yang saya kerjakan (kebetulan saya kerja di perpustakaan) untuk saya baca di rumah dan perjalanan. Membaca membuka peluang menyerap wawasan, membantu otak berimajinasi, mengalihkan pikiran, dan masih banyak lagi manfaat membaca (lihat di sini). Membaca tentunya bisa dijadikan solusi untuk mengurangi overthinking yang sedang melanda.

Belakangan, saya juga lagi rajin membaca buku, ya itu tadi, akibat sedang dilanda overthinking selama berbulan-bulan. Tapi, kalau dipikir, kalau dilihat cara "pengobatannya" positif begini, ternyata ada baiknya juga mengalami overthinking, ya. Setidaknya, kita jadi berupaya untuk selalu mempositifkan diri kita karena menyadari bahwa kita sedang "bermasalah". Kita jadi banyak belajar tentunya dan mungkin menjadi lebih kreatif atau bahkan produktif.

Buku yang sudah seminggu ini saya baca.
Buku yang sudah seminggu ini saya baca.

Entahlah, bagi saya, mungkin ini adalah fase yang harus saya lalui agar saya menjadi seseorang yang lebih baik lagi, lebih bijaksana, dan lebih kuat menghadapi kehidupan.

Intermeso

Ngomong-ngomong, baru tadi pagi ketika di perjalanan menuju kantor saya menulis di ponsel, sekadar mengurangi pikiran yang berlebihan ini mengingat berdoa sudah, ibadah sudah, makan, minum, tidur, olahraga, bercanda sama anak, mengopi bareng suami, tapi, kok, overthinking ini seperti ulat yang menggerogoti buah apel dalam jiwa saya. Saya pikir, saya harus menulis. Siang harinya, saya lihat topik pilihan Kompasiana adalah overthinking. Ya sudah, sekalian saja saya blogging.

Btw, ini tulisan saya tadi pagi. Saya tuliskan di sini, ya.. buat reminder tentang hari ini. Terima kasih, Kompasiana...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun