Mohon tunggu...
Si Murai
Si Murai Mohon Tunggu... Editor - Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

“Do not ask who I am and do not ask me to remain the same. More than one person, doubtless like me, writes in order to have no face.” ― Michel Foucault

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga Literat

3 Oktober 2019   15:51 Diperbarui: 4 Oktober 2019   06:56 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com by henriquesaf

Orang Tua Literat, Anak Literat
Memaknai literat yang seperti itu, tentu membutuhkan peran kesadaran yang sangat tinggi. Kembali lagi, kuncinya ada pada kesadaran sebab praktik literasi berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Kita, orang tua, terkadang tidak sempat lagi memilah: mana praktik sosial yang kita lakukan dalam keluarga yang bernilai literasi dan mana yang tidak.

Meskipun demikian, kita dapat terus-menerus mengingatkan diri sendiri sebagai orang tua dan mendidik diri kita tentu saja untuk senantiasa belajar dan mengembangkan pengetahuan. Pendidikan kita terhadap diri kita sendiri diharapkan dapat menjadi penunjang bagi terselenggaranya pendidikan keluarga yang baik. Prinsip saya, orang tua yang belajar dapat melahirkan anak yang juga bergairah belajar.

Budaya literasi dalam keluarga tumbuh dari pendidikan keluarga yang baik. Pendidikan keluarga yang baik menentukan nilai keluarga, yakni suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan yang terdapat dalam keluarga (Murwani & Setyowati, 2007). 

Literasi dalam konteks nilai keluarga ini adalah salah satu elemen penting dalam pembangunan keluarga, salah satu contohnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup, mengeluarkan keluarga dari jerat kemiskinan. Dasar pembelajarannya adalah pengalaman dan pengetahuan masing-masing keluarga tersebut sehingga praktiknya tidak bisa diseragamkan.

Menjadi keluarga literat adalah menumbuhkan gairah belajar dan mengembangkan pengetahuan dalam keluarga. Orang tua dan anak sama-sama belajar. Sumbernya adalah pengalaman dan pengetahuan yang tumbuh di keluarga masing-masing. 

Jadi, tak perlu itu pengotakan. Semua latar belakang keluarga: keluarga petani, keluarga pedagang, keluarga nelayan, keluarga seniman, keluarga akademisi, selalu bisa menjadi keluarga literat. Orang tua dan anak sama-sama literat.

Salam literasi keluarga!

Daftar Pustaka
Barton, D., M. Hamilton, & R. Ivanic. (2000). Situated literacies: reading and writing in context. New York: Routledge.
Dewayani, Sofie & Pratiwi Retnaningdyah. (2017). Suara dari marjin: literasi sebagai praktik sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ki Hajar Dewantara. (1961). Ilmu pendidikan. Yogyakarta: Taman Siswa.
Lestari, Sri. (2012). Psikologi keluarga: penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Group.
Murwani, Arita & Sri Setyowati. (2007). Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

*Diposting juga di blog pribadi penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun