Mohon tunggu...
Si Mufna
Si Mufna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Pemimpi, Tinggal di Kota Wali "Demak". \r\n\r\nMengikat ilmu dengan menulis. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Saat Buruh Tani Jual Mahal

9 Juni 2014   04:30 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di daerah tempat saya tinggal, pertanian semakin tidak bergairah. Pertanian hanya menarik bagi mereka para orang tua yang mempunyai keahlian tertentu. Tanah sawah banyak dijual olehpemiliknya untuk kemudian di bangun perumahan-perumahan baru. Setahun terakhir ini saja, banyak tanah telah di kapling-kapling untuk dijual kepada mereka yang akan berinvestasi tanah, maupun membangun rumah.

Dari sekian petani yang lewat di depan rumah, hanya 1,2 orang yang usianya masih muda tidak termasuk saya :D. Kebanyakan pemuda lebih memilih kerja di pabrik alasannya bersih, adem, tiap 2 minggu dapat gaji. Kalau pertanian? panassss..

Karena sedikitnya orang yang tertarik kerja di pertanian, menjadi berkah bagi mereka yang masih setia menjadi buruh tani seperti teman saya. Jika musim panen tiba, wah, upah teman saya bakalan ngalahin mereka yang jadi buruh pabrik deh. Bahkan ketika panen raya padi tiba, buruh tani akan segera memasang tarif tenaganya dengan harga yang muahal. Minimal 100rb/hari. Itu belum termasuk rokok, minum, sarapan plus makanan-makanan ringan lainnya, hahahaha.. pesta deh dia.

Teman saya yang jadi buruh tani, cerita. Katanya jadi buruh tani itu kerjane g ngoyo, berangkat jam 7 dikasih sarapan, istirahat, makan, ngerokok, kerja lagi jam 11-an pulang. Jam 1-an berangkat lagi, plus sudah disediakan makanan ringan, pulang jam 4-an, dapet 100rb bersih. wakakkaaka.. Katanya soal panas, itu cuma sebentar saja, karena di sawah itu anginnya sepoi sepoi. hihihihihi... boleh dicoba, memang begitu adanya di daerah saya.

Jika ada 10 pemilik sawah sedang panen bareng, teman saya bakalan jadi rebutan. Aha, ini yang dia lakukan, dia bakalan nerapin lelang jasa, siapa yang mau bayar tinggi, itu yang dia dahulukan. Mpe antri. Katanya " Mau tidak, kalau g mau ya silakan di panen sendiri" dengan bangganya. Kalau bagi teman saya ini adalah berkah, ini kebalikan bagi mereka yang punya sawah.

Saat panen benar-benar repot, jadi bagi mereka yang punya sawah tidak sampai 1 hektar, bakalan menghitung ulang deh kalau mau memperkerjakan buruh tani. Wong misal ngangkut padi dari sawah saja tidak mau sampai rumah, cukup sampai batas sawah dan perkampungan. Dari batas perkampungan ke rumah, ada biaya lagi.. alamak! Sudah pupuknya mahal, hujan sulit di prediksi, tiba giliran panen, upah buruh tani juga mahal.. nasib orang tani.

buruh tani, ada yang tertarik? :D

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun