Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kemewahan

22 Juni 2021   14:15 Diperbarui: 22 Juni 2021   22:59 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.merdeka.com/

            "Ini kamarmu. Dan itu, meja kerja Mr. W bisa dipakai menjadi meja belajarmu." Mrs. M menunjukkan kamar seukuran empat kali luas kamar kost Tuanku. Meja kerja Mr. W yang dibawa pindahan dari rumah sebelumnya ditempatkan di seberang ranjang.

           Tuanku mengangguk dan berdecak, "Wow. Terima kasih Ma'am," jawabnya.

           "Enam bulan ke depan kamu akan tinggal bersama kami. Bukan kebetulan kita pindah ke rumah dengan banyak kamar. Jadi kamu punya kamar tersendiri," lanjut Mrs. M. "Tentang studimu, pastikan segera setelah kuliah langsung pulang karena kamu akan bergantian dengan H menemani MK."

          Enam bulan kontrak kerja untuk tinggal bersama dan dibayar tentunya menggiurkan. Belum lagi komunikasi keseharian berbahasa Inggris. Kesediaan Tuanku untuk tinggal bersama dengan keluarga Mr. W membawa kami pada pengalaman yang sangat kontras. Betapa tidak. Tuanku sekarang mendiami kamar tidur sangat layak huni. Seperti kamar tidur lainnya, kamar tidur inipun memiliki kamar mandi sendiri sekalipun tanpa bath tub. Shower air panas dan air dingin tersambung dengan pemanas air berbahan bakar gas. Kloset pun kloset duduk. Satu hal lagi, tentu aja toilet paper. Tidak ada pilihan lain. Tinggal bersama orang bule, cara hidupnya pun dengan sendirinya menyesuaikan.

            Rumah besar di pojokan komplek perumahan Setrasari ini super besar. Empat kamar tidur besar terletak di lantai satu 1 dengan tiga kamar mandi. Satu kamar tidur tamu terletak bersisian dengan ruang tamu yang berada di area dengan kontur lebih tinggi. Satu ruang kerja luas Mr. W bersisian dengan kamar tidur MK. Seringnya tidak digunakan karena kesibukan Mr. W di kantor. Dua set  sofa besar terdapat di ruang keluarga yang luas dan terhubung dengan ruang makan dan dapur. Ketiga ruangan ini mendapatkan limpahan cahaya matahari dari jendela dan pintu kaca besar yang membatasi taman belakang rumah dengan ketiga ruangan ini. Di balik dapur ruangan karyawan dengan 2 kamar tidur yang tidak pernah dipakai  dan ruangan seterika sejajar dengan ruangan terbuka cuci baju dan jemur. Dari ruangan inilah tangga pendek dilalui penghuni rumah untuk menuju ke garasi. Begitu besar rumah ini sehingga lantai dua tidak terpakai dan menjadi Gudang. Sekali aku dan kembaranku menapaki tangga ke lantai dua ini di awal kepindahan keluarga Mr. W untuk menyimpan barang-barang dan dekorasi yang tidak diperlukan di lantai satu. Benar-benar rumah mewah dan megah.

            Kemewahan yang dialami Tuanku tidak berhenti di kediaman. Tinggal di keluarga bule dan menjadi pekerja paruh waktu memberikan sejumlah pengalaman yang mencengangkan.

           "Kamu tidak perlu cuci bajumu," kata Mrs. M yang memergoki Tuanku sedang mencuci baju.

           "Tidak masalah. Ini hanya pekerjaan ringan," tukas Tuanku seraya memutar kenob mesin cuci.

           "Biar S yang mencuci bajumu seperti dia mencuci baju H. Itu sudah tugasnya. Tugasmu menemani MK," jawab Mrs. M tak bergeming.

          Tuanku tidak punya pilihan. Ia mengangguk. Aku dan kembaranku mengekor Mrs. M yang meminta Tuanku untuk mengikutinya. Ternyata ia diminta untuk menerjemahkan pada S, pembantu di rumah itu untuk mencucikan baju Tuanku. Aku bisa merasakan perasaan tidak enak Tuanku ketika mengatakan hal itu. Hanya, itu adalah perintah majikan dan ia hanya bisa minta S memaklumi hal tersebut.

          S ini pekerja pulang pergi. Tugasnya membersihkan rumah dan mengerjakan laundry. Bersama dengan istrinya yang menjadi juru masak di rumah ini, mereka datang pagi-pagi dan pulang sore hari. Selain pasangan suami istri ini, Mr. W juga mempekerjakan Nsebagai tukang kebun, Y sebagai supir pribadi serta A sebagai penjaga malam. Dengan 2 anak muda bekerja sebagai pengasuh anak, total ada 7 pekerja di rumah itu. Bagi Tuanku hal ini menjadi kemewahan kedua yang dialami. Dengan statusnya sebagai pengasuh anak, ia dalam hal tertentu dianggap sebagai anggota keluarga dan ikut dengan irama keluarga ini. Makan satu meja, bepergian satu mobil, dan bepergian kemanapun mendapatkan perlakuan yang sama. Dengan warna kulit yang tidak berbeda, Tuanku dan MK sering disalahartikan sebagai saudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun