"Dan satu lagi," lanjut Tara, "Jadilah seperti ikan di lautan. Seasin apapun air laut, ikan itu tidak lantas menjadi asin."
Pak Yunus menganggukkan kepala. Dari semasa menjadi muridnya, Tara sudah menunjukkan pribadi yang berbeda dibandingkan siswa seusianya. Entahlah, apakah hal itu karena didikan orang tua. Pak Yunus bersyukur ia berkesempatan memberikan pengaruh pada Tara dan gadis itu tetap mengingatnya dan mencarinya saat gadis itu mampir ke almamaternya.
***
"Sedang tidur, ya." Samar telinga Pak Yunus mendengar pembicaraan dan ia terusik untuk membuka matanya.
"Sudah berapa lama dirawat?" Mata Pak Yunus bergerak ke arah suara. Suara istrinya menjawab pertanyaan perempuan di samping ranjang.
"Naah, Bapak sudah bangun," ujar istri Pak Yunus.
"Pak, ini ada tamu," lanjut Pak Yunus, "Ibu atur dulu bantalnya, ya?"
Pak Yunus mengangkat punggungnya dan membiarkan istrinya mengatur bantal sehingga ia bisa bersandar. Matanya menatap tamu yang sedang tersenyum menatapnya.
"Selamat sore Bapak. Masih ingat saya?" sapanya riang. Tangannya meraih tangan Pak Yunus.
Pak Yunus mengerjapkan matanya. Ia memaksa bibirnya untuk tersenyum,
"Selamat sore," jawabnya pelan. Ia menoleh pada istrinya, "Kunjungan dari gereja?" tanyanya.