Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/channel/UCL2z2EUZdml4YIKyqlpsEQw Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah Internasional di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nurani yang Mulai Hilang

16 Januari 2023   22:28 Diperbarui: 17 Januari 2023   21:40 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sepatu yang kami pakian di kaki anak kami-dokpri

Nurani yang Mulai Hilang


Hari minggu setelah pulang ibadah, seperti biasa kami sempatkan sekedar jalan-jalan di pusat perbelanjaan dekat gedung gereja. Gedung ttempat kami beribadah ini memang terhubngan dengan pusat perbelanjaan di daerah Jakarta Selatan.

Seperti halnya pusat perbelanjan di kota Jakarta yang terbilang lengkap dan elite. Tersedia lift yang diberi informasi prioritas bagi Lansia, disabilitas dan kereta bayi. Informasi ini terpampang cukup jelas di dinding sebelah lift berada.  Dengan melihat lingkungan seperti ini, harapan yang ada di pikiran saya, tentu yang datang ke tempat ini cukup berpendidikan dan kondisi ekonominya cukup mapan. Dengan penilaian seperti tadi, tentu orang yang berkunjung di pusat perbelanjaan ini  dapat membaca.

Saat mengantri di depan lift, secara tidak diduga berjalanlah dengan santai gadis bergaun hijau muda dan langsung berdiri di antara kami dan pintu lift.  Kondisinya  normal (bukan penyandang disablilitas), berpenampilan trendi, dan  tanpa merasa bersalah tetap berdiri sambil memainkan gawainya.

Pada bagian belakang kami ada seorang ibu dengan menggunakan kursi roda berserta keluarganya, dan di belakangnya lagi ada juga keluarga muda dengan kereta bayinya. kami membentuk  satu baris antrian. Saya, istri dan anak kami memang memberi jarak antara pintu dengan tempat kami berdiri mengantri, namun jika di perhatikan, jelas kami 3 rombongan ini sedang mengantri. Maksud kami memberi jarak adalah agar orang yang keluar dari lift dapat mudah keluar. Namun di luar dugaan nona bergaun hijau itu tanpa memperhatikan antrian, berdiri manis di depan pintu lift dan begitu pintu terbuka dia memberi jalan dulu orang yang keluar kemudian dengan santai melangkah masuk lift.  Jika dia tidak masuk dalam lift tersebut tentu kami bertiga bisa masuk dalam lift tersebut.

Secara prioritas kami merasa sangat berhak, pertama kami sudah mengantri dibagian depan bahkan saya yang menekan tombol lift, kedua kami membawa kereta bayi, dan ketiga anak yang kami bawa di kereta bayi ini adalah anak diasabilitas, sepintaspun seharusnya orang sudah mengetahui, karena kami memakaikan anak kami sepatu khusus yang membantu dalam melatih otot kakinya. Sepatu dengan bentuk khusus ini, sering kali memancing perhatian orang, apalagi saat itu keadaan posisi kami sedang tidak berjalan, seharusnya secara jarak pandang gadis itu melihat sepatu yang digunakan anak kami.

Saya tadinya sudah ingin berteriak marah, tapi meningat ini antrian di pusat perbelanjaan, malu rasanya untuk melakukan hal tersebut. Namun setelahnya saya merasa bersalah karena membiarkan perbuatan tidak baik di depan mata saya, tanpa menegurnya. Bukan berarti saya seorang yang sempurna, tapi sebagai orang yang lebih tua dibanding gadis bergaun hijau itu, tidak ada salahnya untuk saya menegurnya, jika itu hal yang salah.

Entah kurang peka terhadap sekeliling atau terlalu sibuk dengan gawainya, sehingga tidak memaca informasi di dinding dekat pintu lift. Tindakan dan perilakunya mengherankan sampai dia tidak melihat antrian tiga rombongan keluarga.  Dan dengan tetap santai melangkah masuk ke dalam lift dengan memotong antrian yang sudah terbentuk.

Keluarga ibu yang di kursi rodapun, akhirnya memilih untuk mencari lift lain. Sedangkan kami, menunggu sampai lift kembali untuk membawa kami berpindah tingkat di pusat perbelanjaan tersebut.

Setelah kejadian ini, saya sempat merenung apakah nurani manusia di era globalisasi ini sudah mulai menghilang, hingga tidak peka terdapat kondisi lingkungan sekitar.  Ataukan adanya keberadaan gawai-gawai berteknologi tinggi menarik perhatikan manusia hingga tidak tidak memperhatikan lingkungan sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun