Kesetaraan gender di sekolah telah menjadi isu penting dalam beberapa dekade terakhir. Sekolah merupakan tempat di mana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka, sehingga menjadi lingkungan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan nilai-nilai dan perspektif mereka. Sayangnya, masih banyak praktik dan budaya di sekolah yang mencerminkan ketidaksetaraan gender.
Salah satu contoh nyata adalah perbedaan perlakuan antara siswa laki-laki dan perempuan. Seringkali, siswa laki-laki diberikan kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam kegiatan tertentu, seperti olahraga atau kegiatan ekstrakurikuler yang dianggap "maskulin". Sementara itu, siswa perempuan cenderung diarahkan ke aktivitas yang dianggap "feminin", seperti tari atau kesenian. Hal ini dapat membatasi potensi dan minat siswa, serta memperkuat stereotip gender yang merugikan.
Untuk mengatasi masalah ini, sekolah harus secara aktif mempromosikan kesetaraan gender di semua aspek pendidikan. Ini dapat dilakukan dengan mereformasi kurikulum, memastikan representasi yang seimbang dalam bahan ajar, dan memberikan pelatihan kepada guru tentang isu-isu gender. Selain itu, sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua siswa, di mana mereka dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka tanpa dibatasi oleh stereotip gender.
Dengan menerapkan kesetaraan gender di sekolah, kita dapat mempersiapkan generasi muda untuk menjadi warga negara yang lebih adil, toleran, dan berwawasan luas. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan, karena dapat mendorong terciptanya kesetaraan dan keadilan di berbagai bidang kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI