Mohon tunggu...
Silvie Mil
Silvie Mil Mohon Tunggu... Dosen - Mother, Lecturer, long life learner

Belajar sepanjang hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Educational Neuroscience dan Perkembangan Kognitif pada Anak

27 Juli 2021   14:10 Diperbarui: 27 Juli 2021   14:18 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah educational neuroscience mungkin bukan istilah yang dapat kita dengar sehari-hari namun saat ini multidisiplin ilmu yang mengintegrasikan perspektif teoritis dan metodologis dari pendidikan dan ilmu syaraf dan memberikan perbedaan dan keragaman dalam cara yang koheren (Han et al., 2019) sudah sering digunakan dalam bidang pendidikan. Dalam praktiknya, educational neuroscience ini menggabungkan pendekatan pendidikan dengan salah satu cabang ilmu kedokteran yakni ilmu syaraf.

Berbagai riset dalam bidang ini telah dilakukan, untuk memberikan perspektif baru dalam pendidikan. Educational neuroscience menginspirasi guru dan orangtua untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak dengan cara merangsang sel-sel syaraf yang terdapat di otak. 

Strategi pembelajaran ini disebut juga dengan Pembelajaran Berbasis Otak (PBO) atau dikenal juga dengan istilah Brain Based Learning (BBL). Strategi pembelajaran ini berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi kerja otak secara komprehensif, dengan melaksanakan empat prinsip yaitu mengorganisasikan fungsi otak yang unik, bahwa otak akan terus tumbuh dan berkembang, menciptakan ruang kelas yang representatif bagi pembelajaran anak serta melaksanakan prinsip pembelajaran dimana anak memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung (hands on experience).

Mengoptimalkan fungsi otak untuk optimalisasi potensi kecerdasan anak melalui PBO, tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kognitif anak. Teori otak Triune yang dikemukakan oleh Dr. Paul Mclean (teori whole brain) menyatakan bahwa keseluruhan bagian otak terlibat dalam proses belajar. Setiap bagian akan memiliki fungsi dan spesialisasi dalam mengatur masing-masing. 

Proses berpikir otak kiri dalam pengaturannya akan bersifat logis, linear dan rasional dimana bagian ini akan melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Bagaimana anak berekspresi, menulis, membaca, melakukan asosisasi auditorial, menempatkan fakta dan detail, pengaturan sistem fonetik dalam tata bahasa serta simbol merupakan kemampuan yang diatur oleh otak bagian ini. 

Berbeda dengan fungsi otak kanan yang lebih bersifat acak, tidak teratur, intuatif dan holistik. Otak di bagian ini akan mengatur hal-hal yang berkenaan dengan perasaan dan emosi, kesadaran spasial, kepekaan seni dan musik anak , pengenalan warna serta fungsi kreativitas anak (Nurhikmah, 2015).

Dalam proses pembelajaran, otak kiri akan memproses fakta, pengetahuan serta simbol yang disampaikan oleh guru, sedangkan otak kanan akan memproses bagaimana simbol tersebut diucapkan atau bagaimana sebuah gambar merepresentasikan pengetahuan tersebut. Sehingga secara tidak langsung proses kognisi dalam otak anak akan terlibat secara aktif  dengan melibatkan belahan otak kanan dan otak kiri, atau disebut juga dengan whole brain thinking.

Optimalisasi perkembangan kognitif anak dalam kaitannya dengan educational neuroscience dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi anak. Lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan usia dan minat anak, serta melibatkan anak dalam aktivitas pembelajarannya. 

Pembelajaran yang aktif akan membuat anak menggunakan panca inderanya untuk membangun pengetahuannya sendiri  dan bereksplorasi di dalamnya, ini sekaligus menjadikan pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna. Dengan memberikan stimulasi yang tepat pada proses kognisi anak, maka sistem kognitif anak akan berkembang secara maksimal termasuk juga aspek perkembangan lainnya (Oktaviana & Rohendi, 2017). Untuk itu pemahaman yang baik tentang educational neuroscience disertai dengan pelaksanaan best practice-nya secara simultan diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif anak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun