Mohon tunggu...
Silvia Nur Laili
Silvia Nur Laili Mohon Tunggu... Lainnya - Silvia Nur Laili-Mojokerto

Hello guys, welcome to my kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Santri Milenial di Era Society 5.0

22 Oktober 2021   00:37 Diperbarui: 22 Oktober 2021   00:44 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada artikel saya kali ini, saya akan membahas tentang santri. Jika kita mendengar kata santri, apa yang akan anda pikirkan?

Apakah santri adalah seorang laki laki sholeh yang berpeci, memakai baju koko, serta memakai sarung ataukah seorang perempuan sholehah  berbaju syari'ah? Dan apakah istilah santri hanya untuk seseorang yang pernah mondok saja? Hal tersebut adalah wajar, karena biasanya di pondok pesantren tradisional para santri biasa memakai pakaian seperti itu dan seseorang yang pernah mendalami ilmu agama di pondok biasa disebut santri.

Pengertian dari santri sendiri bukan hanya ditujukan kepada mereka yang menuntut ilmu di pesantren. Akan tetapi, saya pernah mendengar dari guru agama saya istilah santri bisa digunakan untuk siapapun yang ingin belajar ilmu agama.

Pada tanggal 22 Oktober, di Indonesia diperingati hari santri naisonal. Tentu saja sudah tidak asing istilah santri di mata masyarakat Indonesia. Peran perjuangan santri dalam hal kemerdekaan tidak terlepas dari pimpinan KH. Hasyim Asy'ari. Beliau menyerukan kepada seluruh umat islam dan para santri untuk berjihad atau berperang melawan tentara sekutu yang ingin merebut kembali wilayah Republik Indonesia setelah merdeka. Saat itu datang pasukan Belanda ke Indonesia.

Peran KH. Hasyim Asy'ari saat itu sangatlah besar, beliau menyerukan "Membela Tanah Air dari penjajah hukumnya fardlu' ain atau wajib bagi setiap orang." Seruan tersebut membakar semangat umat islam dan para santri di Surabaya untuk berjihad. Terjadi aksi penyerangan markas bridge 49 Mahratta pimpinan jendral AWS Mallaby. 

Penyerangan tersebut terjadi selama tiga hari pada tanggal 27-29 Oktober 1945. Akhirnya jendral AWS Mallaby bersama pasukannya yang berjumlah kurang lebih 2000 orang gugur. Peristiwa tersebut membuat kemarahan Inggris, yang akhirnya terjadi peristiwa 10 November 1945.

Sejak 22 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo menetapkan bahwa setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai hari Santri Naional. Hal yang melatarbelakangi keputusan tersebut adalah Perjuangan umat islam dan para santri dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kembali kemerdekaan Indonesia. Selain itu tujuan lain dari penetapan hari santri adalah agar seluruh warga mengingat sosok KH. Hasyim Asy'ari dan peran ulama lainnya serta dapat meneladani atau mencontoh semangat jihad yang dimiliki umat islam dan para santri.

Bagaimana sih kita menjadi santri di era millenial?

Saat ini kita sudah ada di dalam era digital, atau biasa disebut kaum millenial. Saat ini santri hidup di era millenial yang semua hal serba cepat, praktis, mudah dijangkau, dan terhubung dengan jejaring internet yang luas. Sebagai santri di era millenial, kita tidak boleh tergerus dalam zaman, seorang santri harus terus mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih.

Santri millenial harus ikut serta dalam perkembangan era industri Society 5.0, seorang santri harus aktif dan inovatif dalam mengikuti perkembangan zaman, menyebarluaskan dakwah agama islam, dan ikut serta dalam menjaga keutuhan NKRI. 

Seorang santri millenial tidak boleh memiliki sikap hanya ingin menunggu yang instan, lunturnya rasa solidaritas, dan hidup dengan kiblat gaya arah ke barat-baratan. Akan tetapi seorang santri harus melek digital, mampu menggunakan teknologi, memiliki kecerdasan intelektual dan pengetahuan yang tinggi, serta terus meningkatkan atau mengasah skill dan keterampilan.

Pada era society 5.0 seorang santri millenial harus memiliki 3 kemampuan yakni Kemampuan untuk berpikir secara kritis, kemampuan memecahkan masalah kompleks dan dapat menemukan problem solver bagi dirinya serta orang banyak, dan serta kemampuan untuk berkreativitas. 

Saat ini seorang santri diharapkan mampu menemenukan solusi atau problem solver dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga seorang santri harus mempelajari atau mencari informasi yang lebih luas, memiliki kemampuan berpikir High Order Thinking Skills (HOTS), dan berusaha menciptakan inovasi baru untuk mempermudah pekerjaan atau aktivitas sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. 

Hal ini menunjukkan seorang santri harus terus berpikiran maju dan terbuka, terus mengikuti perkembangan zaman, mampu berintegritas antara manusia dengan teknologi, serta tidak lupa menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI. Karena santri merupakan individu pilihan masyarakat yang diharapkan mampu berbuat sesuatu demi terjaganya keutuhan NKRI dan tetap utuhnya kesejahteraan umat beragama. 

Dikutip dari laman nu.or.id, seorang santri dididik di pesantren atau lembaga pendidikan  untuk memliki karakter (character) pada dirinya antara lain rasa ingin tahu (curiosity), kreativitas (creativity), ilmu dakwah/komunikasi (communication), berpikir kritis (critical thinking), bekerjasama (collaboration), tanggung jawab kultural dan sosial (cultural and social responsibility), penyesuian diri (adaptibility), melek media dan digital (digital and media literacy), penyelesain masalah dan membuat keputusan (decision making and problem solving), sehingga melahirkan pribadi-pribadi beretika luhur (strong ethic), terpercaya dan bertanggung jawab (dependability and responsibility), berakhlak mulia (possesing a positive attitude), lentur (adaptibility), jujur dan berintegritas (honesty and integrity), memiliki motivasi untuk tumbuh dan belajar (motivated to grow and learn), tangguh dan percaya diri (strong self and confidence).

Santri juga harus meneruskan perjuangan KH. Hasyim Asy'ari dan para ulama lainnya dalam menghadapi era society 5.0, tidak hanya menguasai kitab kuning saja, akan tetapi harus menguasai seluruh bidang di kehidupan. Seorang santri juga harus berani dan aktif menenyebarkan pernyataan Islam  adalah agama yang toleran dan anti kekerasan dan terus mendakwahkan bahwa islam adalah agama yang moderat dan tidak rusuh. Diharapkan memiliki kemampuan melek teknologi, memiliki pikiran yang aktif dan terus berinovasi untuk melakukan perubahan sosial agar tercipta keutuhan NKRI , bukan malah melakukan fitnah, pertikaian, dan ujaran kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun