Di Indonesia, ada tiga hal yang bisa mengubah mood seseorang dalam hitungan detik: hujan dadakan, diskon 70% (syarat & ketentuan berlaku, tentu saja), dan nasi. Ya, nasi. Jangan coba-coba bilang kamu sudah makan kalau belum ketemu butiran nasi di piring. Burger? Pizza? Itu mah cemilan mewah, bukan "makan beneran".
Mari kita bahas satu per satu fenomena lokal yang Indonesia banget ini.
Hujan: Duka Para Ojek Online dan Anak Kos
Hujan di Indonesia adalah semacam mood swing alam semesta. Tadi panas terik kayak Jakarta lupa bayar listrik, eh lima menit kemudian langit berubah jadi ala-ala film horor. Ini bukan hujan biasa, ini hujan emosional.
Anak kos yang baru keluar beli gorengan bisa langsung jadi "ayam geprek basah" dalam dua langkah. Ojek online? Lagi-lagi jadi pahlawan tanpa mantel. Tapi jangan khawatir, karena Indonesia punya solusi instan: kantong kresek jadi penutup kepala. Fashion week lewat.
Diskon: Sumber Bahagia dan Derita di Akhir Bulan
Diskon di Indonesia itu lebih berbahaya dari mantan yang ngajak balikan. Kita tahu kita nggak butuh, tapi kok pengin beli? "Beli dua gratis satu", "Flash sale tinggal 10 detik lagi", dan jurus pamungkas: "Harga asli Rp2.000.000, harga diskon Rp199.000 (padahal dari awal emang segitu)".
Tapi tetep aja, begitu dengar kata "diskon", dompet langsung getar-getar, dan ending-nya selalu sama: "Ngapain ya gue beli dispenser, padahal tinggal di kosan dan belum punya galon?"
Nasi: Titik Nol Perjalanan Rasa Lapar
Di Indonesia, nasi itu bukan cuma makanan pokok, dia adalah patokan utama rasa kenyang. Makan mi ayam? Enak, tapi tetap ada yang nanya: "Tapi tadi udah makan nasi belum?"