Mohon tunggu...
Silvia AgniNovtianti
Silvia AgniNovtianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

cuma numpang nulis ya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Nyadran Pelarungan Kepala Kerbau di Dam Bagong

24 Januari 2022   13:41 Diperbarui: 24 Januari 2022   13:59 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejatinya manusia hidup di alam semesta ini saling berdampingan dengan alam, manusia memiliki hubungan yang saling ketergantungan dengan alam. Bagaimana manusia bertahan hidup pun juga atas andil alam. Bagaimana alam telah mencukupi kebutuhan hidup manusia sehari-hari, seperti hutan yang menghasilkan banyak sekali manfaat, pohon-pohon sebagai penghasil oksigen, selain itu juga pencegah adanya longsor. Semakin lebat hutan di alam ini, maka semakin kaya akan manfaat yang sangat berpengaruh terhadap sumber daya air yang ada. Maka dari itu sebagai manusia sudah seharusnya untuk saling menjaga alam semesta ini yang telah memberi banyak sekali manfaat untuk hidup yang telah berlangsung selama ini. Sebagai manusia kita harus memperlakukan alam sebagaimana alam telah memenuhi kebutuhan hidup kita. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki alam bebas yang sangatlah luas. Begitu juga di Kabupaten Trenggalek yang sebagian besar wilayahnya adalah hutan dan perairan. Dan sebagaian besar profesi penduduk Kabupaten Trenggalek sebagai petani yang pastinya sangat memiliki hubungan erat dengan alam. Tentunya mereka memandang alam sebagai sumber penghidupan bagi keluarganya, karena berkat alam mereka bisa bertahan hidup sejauh ini.

Selain manusia yang memiliki hubungan erat dengan alam, juga terdapat kaitan antara kebudayaan dan manusia. Kebudayaan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia. Kebudayaan menjadi pola perilaku seseorang yang ada dalam kelompok sosial. Berkaitan dengan budi dan akal manusia, meliputi pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan dan adat istiadat. Di Indonesia terutama di Jawa yang identiknya dengan istilah berbagai kebudayaan yang unik, diantaranya kegiatan upacara adat atau peringatan. Kegiatan tersebut juga tidak terlepas dari perjuangan pendahulu adat di daerah tersebut, kebiasaan nenek moyang yang masih dilestarikan hingga kini. Hal tersebut bisa dikatakan sebagai bukti pelestarian tradisi budaya leluhur dan bentuk syukur serta terimakasih pada pendahulu.

Kegiatan upacara yang bertema kebudayaan juga masih dilestarikan di Kabupaten Trenggalek. Kabupaten yang terletak di selatan Pulau Jawa memang memiliki beraneka ragam tradisi dan kebudayaan yang unik, baik nuansa alam maupun budaya. Salah satu tradisi budaya yang masih dilestarikan di Kabupaten Trenggalek yaitu melempar kepala kerbau di Dam Bagong yang dilakukan setiap memasuki bulan Selo tepatnya pada hari Jumat Kliwon dilaksanakan di Kelurahan Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Masyarakat sekitar juga biasa menyebutnya dengan istilah Nyadran Dam Bagong. Tradisi ini merupakan salah satu bagian adat istiadat yang bermaksud bentuk perayaan yang mengandung nilai budaya yang sakral. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur dari masyarakat Trenggalek, karena yang pada awalnya Trenggalek adalah daerah yang kering. Melihat permasalahan tersebut maka ada gagasan dari cikal bakal Kabupaten Trenggalek yaitu Adipati Menak Sopal. Dengan adanya Dam Bagong ini sawah-sawah yang ada di daerah ini sebagai sawah tadah hujan berubah menjadi sawah irigasi. Sehingga ketika musim kemarau pun dapat diolah fungsi Dam menjadi penahan banjir di musim penghujan.

Tradisi nyadran telah berlangsung sejak zaman Hindu-Budha yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Dalam bahasa sansekerta nyadran berasal dari kata sadra, hal ini mungkin dikarenakan logat orang Jawa yang medhok berubah menjadi nyadran. Sadra berarti ziarah kubur atau selametan. Kegiatan ini merupakan wujud refleksi terhadap kegiatan sosial keagamaan. Budaya masyarakat tersebut yang menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Jadi tidak heran apabila pelaksanaan nyadran setiap tahunnya masih kental kaitannya dengan budaya Hindu-Budha dan animisme yang telah diakulturasikan yang telah disebarkan oleh wali sanga. Kegiatan ini tidak bermaksud untuk menyembah makhluk halus akan tetapi untuk memperingati keberhasilan Adipati Menak Sopal membangun Dam Bagong yang mampu menjadikan hasil panen masyarakat Trenggalek meningkat hingga akhirnya di juluki sebagai Pahlawab Pertanian Trenggalek. Dalam kegiatan ini terdapat serangkaian kegiatan, seperti tadarusan, memandikan kerbau, wayang kulit semalam suntuk, penyembelihan kerbau, tahlil di area makam, ruwatan, jaranan, pembukaan acara nyadran dengan tabur bunga, pelemparan kepala kerbau kedalam Dam Bagong, kemudian dialnjutkan makan bersama.

Dengan kondisi pandemi di Indonesia yang belum juga berakhir, tidak membuat masyarakat Trenggalek untuk meninggalka tradisi ini. Tradisi nyadran masih dilakukan meskipun secara terbatas dengan mematuhi protokol kesehatan. Para masyarakat tetap melakukan kegiatan rutinan ini karena mereka telah mengganggap tradisi ini merupakan hajat kebudayaan. Namun tak sedikit juga mungkin beberapa masyarakat yang merasa aneh dengan hal seperti ini, yang menggap upacara tradisi nyadran sebagai anutan kepercayaan dinamisme. Namun, banyak masyarakat juga yang merasa jika terus melestarian tradisi ini pengairan dan panen-panen di Trenggalek semakin melimpah. Maka kepercayaan ini tergantung dari individu masing-masing. Dan apabila dikaitkan dengan kajian psikologi hal yang mempengaruhi adalah persepsi individu.  Seiring dengan tatanan dunia yang semakin menggelobal, sehingga membawa implikasi kepada interaksi antar manusia yang intensif. Fenomena ini bermuara pada perlunya saling memahami satu sama lain untuk mengindari terjadinya konflik (chaos) atau kesalah pahaman antar pribadi maupun kelompok. Selain itu stimulus yang ada di lingkungan ditangkap pertama kalinya oleh indera manusia, maka sering kali terjadi salah paham karena adanya keterbatasan kemampuan pada indera dan kognitif. Hal itu menyebabkan adanya proses seleksi stimulus yang meberikan kesan yang paling kuatlah yang akan lolos diterima (Dayakisini & Yuniardi, 2004).

                                                                                                          

DAFTAR PUSTAKA

Rosita, F. A. D., & Wahyuningtyas, N. (2018, October). Kearifan Lokal Tradisi   Nyadran        

Dam Bagong Dalam Perspektif Masyarakat Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. In Seminar Nasional Pendidikan Dan Kewarganegaraan Iv (Pp. 107-113).

Dayakisni, T., & Yuniardi, S. (2004). Psikologi lintas budaya. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM Press).

Pemerintah Kabupaten Trenggalek. 06 Juli 2020. Pertahankan Kelestarian Budaya, Upacara       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun