Negarawan sejati adalah dia yang gentle dan berjiwa besar menerima kekalahan. Tidak ngotot menang jika memang kalah. Tidak mendeklarasikan diri menang sebelum pengumuman. Negarawan sejati juga tidak berbicara seperti kanak-kanak. Tidak bicara tanpa data dan sumber yang valid. Ia tidak suka mengklaim diri sebagai pemenang, karena ia tahu aturan. Ia juga memiliki wibawa, rasa malu ketika berbicara gegabah. Lebih dari itu ia memberi teladan kepada masyarakat. Ia menjadi panutan dan teladan dalam kesabaran, keteduhan dan kewibawaan. Ia tidak garang bak singa yang mengaum-ngaum. Ia tetap rendah hati dan berpikir sebelum bicara. Tidak mudah emosi dan mengutarakan kata-kata kasar. Ia selalu menjaga diri karena yakin bahwa segala tindak tanduknya menjadi pusat perhatian masyarakat.
Negarawan sejati adalah dia yang menjamin kedamaian masyarakatnya. Dia yang tidak mengundang kemarahan orang lain. Dia yang tidak berusaha menghancurkan rumahnya sendiri karena tingkah lakunya. Ia terus merawat dan menjaga rumahnya, rumah yang telah diwariskan oleh para pendahulu yaitu NKRI. Dia yang tidak mengizinkan kelompok anti Pancasila dan anti NKRI menumpang dalam aksi gegabahnya. Negarawan sejati selalu mawas diri, nasionalis dan gigih mempertahankan kesatuan NKRI seperti cita-cita para pahlawan.
Sebaliknya, negarawan abal-abal adalah kanak-kanak ingusan. Ia haus pengakuan, merengek dan meminta perhatian masyarakat meskipun tindakan yang dilakukan sangat memalukan. Negarawan abal-abal mudah emosi, berkata kasar dan rakus terhadap kekuasaan. Baginya kekuasaan adalah segalanya meskipun taruhnya adalah nyawa masyarakat. Ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan. Ia tidak segan-segan membiarkan kelompok anti Pancasila dan anti NKRI berkeliaran dan bahkan menjadi pendukungnya. Ia bagai 'Yudas Iskariot' yang menjual harga dirinya, harkat dan martabatnya. Bahkan ia berusaha menghancurkan 'rumahnya sendiri' yaitu NKRI. Itu semua dilakukan demi meraih kekuasaan.
Negarawan abal-abal tidak akan memikirkan keamanan masyarakat. Ia selalu membuat kegaduhan. Setelah itu, berusaha cuci tangan atas ulahnya sendiri. Negarawan abal-abal tidak tahu malu. Tidak mampu menerima kenyataan bahwa rakyat tidak memilih dia sebagai pemimpin. Dengan PEDE ia mendeklarasikan diri sebagai pemimpin. Namun itu hanya mimpi, mimpi di siang bolong.