Mohon tunggu...
Silvester Deniharsidi
Silvester Deniharsidi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Labuan Bajo

Tertarik pada isu-isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Flores Geothermal Island, Tantangan Ketersediaan Listrik di Flores

21 April 2022   10:51 Diperbarui: 26 April 2022   16:46 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (sumber: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww via kontan.id)

Mitigasi dapat dilakukan dengan melakukan evakuasi sementara dengan prosedur tanggap darurat yang sudah dipersiapkan. Akan ada pelatihan/simulasi bersama masyarakat mempersiapkan apabila menghadapi situasi darurat .

Kandungan CO2 dan H2S pada energi panas bumi sangat rendah bila dibandingkan dengan minyak dan batubara. Untuk meminimalkan dampak H2S, pada area well pad, pelaksana  akan memasang alat deteksi H2S dimana alarm berbunyi apabila terdeteksi ada konsentrasi H2S di udara yang melebihi ambang batas. 

Proses evakuasi dilakukan dengan memindahkan sementara pekerja ke titik kumpul (muster point) yang ditetapkan sesuai prosedur tanggap darurat sampai kondisi dinyatakan aman untuk kembali.

 Mitigasi untuk H2S dengan penggunaan kipas besar (blower) untuk menghembuskan keluaran H2S dari sumbernya sehingga ter-disperse. Peralatan ini akan disediakan oleh kontraktor drilling. Selain dipasang alarm, dipasang rambu-rambu penghalang termasuk balon/bendera angin (wind socks) juga akan dipasang untuk membantu melihat arah angin.

Karena emisinya yang rendah, energi panasbumi memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM) produk Kyoto Protocol. Mekanisme ini menetapkan bahwa negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 5.2% terhadap emisi tahun 1990, dapat melalui pembelian energi bersih dari negara berkembang yang proyeknya dibangun diatas tahun 2000. 

Juga pada tanggal 22 April 2016, 195 negara telah menandatangangi Paris Agreement oleh 195 negara. Perjanjian Paris merupakan kesepakatan global yang monumental untuk menghadapi perubahan iklim. Indonesia telah menjadi salah satu negara yang telah meratifikasi perjanjian tersebut.

Peluang Pemanfaatan Energi Panas Bumi Di Flores 

Rasio elektrifikasi di NTT paling rendah secara nasional yang hanyaa mencapai 85, 84% dari elektrifikasi nasional sebesar 98,89 %. Selama ini energi listrik yang ada mengandalkan energi fosil (batu bara). Data tersebut menunjukan, masih ada wilayah, khususnya warga yang tinggal di pedesaan belum dapat menikmati listrik. 

Warga pedesaan yang belum dapat mengakses energi listrik, pada umumnya menggunakan pelita, panel surya, lampu semprong dan mesin generator yang hanya digunakan untuk kebutuhan penerangan. 

Masyarakat yang sudah menikmati listrik pun masih belum bebas dari masalah. Seringkali terjadi listrik mati-hidup. Penggunaan energi listrik yang bersumber bahan bakar batu bara di beberapa kota di Flores juga belum mencukupi pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat Flores pada umumnya.

Ketersediaan energi listrik merupakan suatu kebutuhan dasar saat ini karena penggunaan listrik bisa untuk melakukan kegiatan seperti pompa irigasi, industri pedesaan, bengkel, peralatan pertanian, pendidikan dan sebagainya yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk dan meningkatkan kemampuan/keahlian masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun