Mohon tunggu...
Bang SB
Bang SB Mohon Tunggu... Jurnalis -

Bang SB dimasa kanak kanaknya kerap jualan bakwan, menulis untuk diri sendiri, pernah jadi supir angkot nasib baik memberinya rezeki hingga mampu beli android

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembangunan Infrastruktur Tanpa Pembangunan Manusia adalah Sia-sia

19 November 2016   16:57 Diperbarui: 19 November 2016   17:19 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan Infrastruktur Tanpa Membangun Manusianya adalah Pembangunan Sia Sia - Dr. JR Saragih, SH, MM

Memang pembangunan yang gampang terlihat oleh mata dan bisa langsung disajikan dalam bentuk foto, video dan dokumen lain adalah pembangunan infrastruktur. Namun pembangunan infrastruktur tanpa dibarengi oleh pembangunan manusianya akan membuat infrastruktur menjadi tidak optimal. Pemikiran ini melandasi Dr. JR Saragih, SH, MM sebagai Bupati Kabupaten Simalungun dalam menetapkan orientasi pembangunannya. 

Ketika dilantik pada tanggal 28 Oktober 2010 sebagai Bupati Simalungun Sumatera Utara, JR terlebih dahulu melaksanakan penggalian situasi dan sumber daya manusia di jajarannya. Di awal kepemimpinannya, JR selalu membawa enam orang staf pribadinya untuk mencatat segala komunikasinya dengan aparatur, masyarakat, wartawan dan siapa saja yang bisa diajak berkomunikasi untuk menetapkan "penyakit kronis" yang membutuhkan penanganan paling serius. 

Sebulan lamanya, JR masuk dari satu kantor ke kantor lain, dari satu gang ke gang lain, dari satu desa ke desa lain, mulai dari tukang sate hingga ke pensiunan PNS diajak diskusi dan menggali apa yang dibutuhkan masyarakat. Suatu malam, saya dan beliau makan siang di sebuah warung, JR nyeletuk, PNS yang begitu banyak tercatat, tidak bisa menghidupkan roda perekonomian sebuah desa.

Pasti ada yang salah dalam manajemennya kata beliau. Sayapun menyodorkan absensi beberapa dinas kepada beliau. Beliau kembali diam, dan ketika sampai di rumahnya beliau meminta semua berkas, dan mempelajari semuanya secara detail, bahkan ketika kami disuruh tidur, beliau masih berkutat dengan tumpukan berkas yang selama sebulan kami kumpulkan, mulai dari hasil wawancara, absensi hingga kepada rencana kerja setiap dinas. 

Besok paginya, JR langsung meminta bagian umum untuk mengubah guest house raya menjadi rumah dinas bupati. Gebrakan ini, ternyata mampu mensugesti semua PNS untuk datang lebih pagi dan rajin masuk kantor, bahkan banyak yang akhirnya pindah domisili dari siantar ke raya. Akhirnya desa raya pun berubah menjadi kota yang ramai. 

Selanjutnya JR Saragih melakukan observasi kenapa pengusaha kuliner, perbankan, penginapan, entertainment tidak ada yang berinvestasi di raya? Dari pengamatan yang tersaji, bahwa raya masih dianggap 'kampung', sepi dan banyak hal lain yang mempengaruhinya. Untuk mengundang masuknya pengusaha kuliner beliau meminta kami mencari satu orang penjual mie dari siantar dan diberikan ruko gratis tanpa sewa selama dua tahun. Beliau sendiri aktif wara wiri ke pimpinan perbankan supaya membuka kantor cabang utama di raya, dan akhirnya berhasil beberapa bank membuka kantor cabangnya di raya dan meningkatkan statusnya menjadi kantor cabang dari cabang pembantu. 

Ada seorang pengusaha tionghoa, yang memiliki niat membuka showroom, berniat membeli ruko milik JR Saragih, beliau langsung memberikan potongan harga ratusan juta. Dengan gebrakannya, Raya yang selama ini homogen sudah jauh lebih heterogen bahkan jika kita melihat sekarang, pengusaha dengan berbagai suku, agama dan ras sudah hadir di Raya Simalungun. 

Pendekatan selanjutnya yang dilakukan oleh beliau adalah dengan memberikan perlindungan kepada dunia usaha dari pungutan liar. Sudah biasa jika kita membangun disuatu daerah kita akan terkena pungutan pemuda setempat, namun JR Saragih beberapa kali saya lihat meminta aparat keamanan untuk menjamin pembangunan yang dilaksanakan oleh investor bebas dari pungutan liar. 

Melihat perkembangan yang ada, JR Saragih sering berkunjung ke warung kopi yang satu pindah ke warung kopi yang lain, bergereja setiap minggu secara berpindah pindah hanya untuk menyampaikan pesan bahwa desa raya akan menjadi kota. Dan masyarakat diminta untuk membantu pendatang untuk segera dapat berbaur. Gebrakan demi gebrakan ini ternyata berhasil karena beliau juga mendorong warga lokal, untuk ikut berinvestasi bahkan mengundang pengusaha pengusaha simalungun untuk berinvestasi di simalungun. 

Bersambung ---- 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun