Mohon tunggu...
Silva Ahmad F
Silva Ahmad F Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-Kata (WS Rendra. Depok, 22 April 1984)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warisan "Hidup" Gus Dur

26 April 2019   06:00 Diperbarui: 26 April 2019   15:31 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[ARSIP FOTO] Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendengarkan pertanyaan wartawan saat menyampaikan

Jam 00.00. Tebuireng masih saja ramai. Beberapa stand terlihat buka menjajakan beberapa souvenir khas. Ada yang tetap berjaga di kamar mandi umum sambil menunggu 'pelanggan' datang. Wajah-wajah lelah mulai turun dari bus yang sedang diparkir lumayan jauh dari kompleks pemakaman. Para pejalan kaki memadati jalanan, semuanya menuju satu titik yang sama: tempat dikebumikannya beberapa tokoh besar NU, bahkan berskala nasional.

Di kompleks pemakaman tersebut, terdapat pesarean KH. M. Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yang hingga kini memiliki jamaah terbanyak bernama Nahdlatul Ulama. Lalu putranya, KH. A. Wahid Hasyim yang pernah menjabat Menteri Agama dalam kabinet pertama Indonesia.

Dan yang paling menonjol dan paling ramai dikunjungi hingga saat ini adalah presiden Republik Indonesia ke-4 sekaligus putra Kiai Wahid Hasyim sendiri, KH. Abdurrahman Wahid atau yang biasa disebut dengan Gus Dur.

Semasa hidupnya, Gus Dur adalah tokoh yang selalu berjuang untuk kemaslahatan orang lain, terutama kaum minoritas dan kaum yang termarjinalkan.

Beliau pernah berkata, "Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu". 

Pernyataan beliau mencerminkan sebuah pegangan prinsipil tentang apa yang selama ini beliau perjuangkan. Beliau menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri, bahkan keluarganya. Terbukti dalam beberapa kisah yang diceritakan orang-orang terdekat Gus Dur, beliau tak segan-segan memberikan amplop tebal tanpa sempat menghitung isinya kepada orang yang datang kepadanya, padahal saat itu istrinya sudah menunggu lama.

Hingga beliau dikebumikan di Jombang pun, beliau masih saja menebar manfaat bagi orang banyak. Makam Gus Dur bahkan menjadi salah satu objek ziarah para wali di tanah Jawa, sampai-sampai ada yang nyeletuk dengan sebutan "Wali Doso" atau wali sepuluh, seakan-akan beliau melengkapi wali di tanah Jawa menjadi genap sepuluh.

Ruas jalanan di Tebuireng dipenuhi para pedagang yang menjual berbagai macam produk, dari makanan, pakaian hingga souvenir. Hal tersebut tentu saja menjadi berkah ekonomi tersendiri bagi warga sekitar.

Rencana anggaran pemerintah sebesar 180 miliar rupiah untuk perbaikan infrastruktur jalan menuju lokasi makam akan menjadi sumbangan Gus Dur yang tak terlupakan bagi perekonomian Kabupaten Jombang.

Hingga saat ini, makam beliau tak pernah sepi dari pengunjung dan pedagang. Jika bukan orang istimewa, tak mungkin makamnya selalu ramai oleh peziarah.

Gus Dur Masih Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun