Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Petaka Liverpool Munculkan Sensasi Lama

14 Februari 2021   01:14 Diperbarui: 14 Februari 2021   20:14 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blunder Allison membuahkan gol kedua Leicester Sumber : Twitter.

Kekalahan telak 3-1 atas Leicester di King Power Stadium pada Sabtu (13/2/2021) mengulangi peristiwa menyakitkan bagi Kloop saat menukangi Dortmund. Kala itu Ia mengundurkan diri sebagai pelatih utama Dortmund usai tiga kekalahan beruntun dialaminya.

Musim ini tampaknya fans Liverpol bakal kembali ke sensasi lama. Mereka yang biasanya aktif di beranda twitter ketika Liverpool menang dan menggebuh-gebuh, mungkin hanya kalah dengan cuitan para pendukung Manchester United, tampaknya akan sedikit berangsur-angsur turun dan lebih berhati-hati ngetweet saat timnya bermain. Para pendukung setia the reds devils sepertinya akan lebih deg-degan melihat liverpool bersaing di tangga klasmen.

Awal musim 2020/2021 bagi fans Liverpool memang agak sedikit sesak karena rentetan hasil negatif yang tak kunjung berubah, puncaknya adalah saat Aston Villa berulah. Saat itu fans Liverpool seketika terpukul. Hal itu dipastikan usai tim kesayangannya takluk 7-2 atas tim semenjana itu.

Siapa nanya, kekalahan itu nyatanya membuat para fansnya meredup dan tak bergairah beberapa hari. Mereka jadi bahan olok-olokan oleh pendukung tim lain. Apalagi fans emyu yang jamak menyeru Liverpool akan mengulangi 30 tahunnya lagi.

Akan tetapi, mendekati paruh musim, anak asuh Jurgen Klop kembali menghadirkan Liverpool musim 2019/2020. Walau tak begitu sempurna. Asa juara pun kembali menyala. Liverpudlian yang sempat padam, kembali baswara. Mereka kembali menghiasi beranda sosial media. Dan tak sedikit membalas cuitan fans yang sebelumnya mengatai mereka. Banyak pula bernada positif dan menyala-nyala.

Ternyata cuitan itu lamban laun kembali seperti semula, atau bahkan melebihi ratapan saat kalah dari Aston Villa. Bagaimana tidak, kekalahan atas Leicester pada Sabtu, (13/1/2021) menambah tren negatif the reds dalam tiga pertandingan terakhir. Bermain menekan sejak awal dan mencipta peluang yang cukup banyak, anak asuh Kloop tak dapat berbuat banyak. 

Mereka harus mengakui efektivitas permainan Leicester yang sebenarnya tak bermain bagus-bagus amat. Ditambah lagi blunder Allison yang seketika membuncah semangat kompatriotnya. Kurangnya komunikasi Allison dengan Kabak menjadi musababnya. Blunder itu pun tak ayal mencoreng debut perdana Kabak kala berseragam Liverpool.

Dari sisi permainan, Liverpool lebih banyak mencipta peluang daripada Leicester. Bahkan the reds devil mampu menguasai jalannya pertandingan dengan 63 % penguasaan bola. Salah, yang membuka asa kemenangan pada menit 67 tak dapat mengangkat performa koleganya. Yang terjadi malah sebaliknya.

Petaka bagi Liverpool pun dimulai ketika gol dari James Maddison pada menit 78. Blunder Allison pada menit 81, berperan menambah pundi-pundi gol the foxes. Jamie Vardy menjadi aktornya. Skor berubah 2-1. Berselang 4 menit, anak asuh Brendan Rodger memperlebar jarak dengan the reds. Adalah sepakan Barnes yang tak dapat ditepis Allison. Skor berubah 3-1. Keunggulan ini pun berakhir hingga wasit meniup peluit panjang pertandingan.

Kembalinya Sensasi Lama 

Kekalahan ini menjadi penanda utama kembalinya sensasi lama Liverpulian. Sebagian dari mereka menyalahkan manajemen klub yang tak mau berbenah. Pelit uang dan lebih mengutamakan bisnis klub ketimbang kondisi tim, terutama para pemainnya yang banyak dilanda cedera. 

Saking kecewanya, ada pula beberepa menyulut pesan yang bernada tiga puluh tahun lagi. Pokoknya jangan sampai terulang kembali !. Tak hanya Liverpulian, pendukung klub lain pun sedikit menyinggung hal itu. Mereka khawatir Liverpool hanya dapat bersaing di lima besar saja.

Anggapan manajemen Liverpool yang pelit uang ada benarnya. Mereka sepertinya tak mau melihat krisis di lini belakang lebih dalam. Padahal Kloop telah mengisyaratkan untuk membeli pemain bertahan yang cukup mumpuni dan levelnya tidak kalah jauh dari Virgil Van Dijk. 

Apa daya manajemen hanya mendatangkan Kabak dan Davies. Keduanya bukanlah jawaban yang cukup meyakinkan bila melihat lapis dua di bangku cadangan. Sebab harapannya kan pemain yang siap tampil garang di belakang.  

Selain pemain bertahan, penjaga gawang pun sedikit oleng oleh Allison Becker. Terlepas dari blunder Allison akhir-akhir ini, isu pembelian kiper baru juga pernah dihembuskan Kloop. Isyarat itu tak lain karena performa Adrian yang belum bisa mengimbangi Allison. Terbukti saat Allison cedera, dia selalu bulan-bulanan pemain lawan. Sekali lagi, manajemen klub tak mau ambil pusing untuk hal itu.

Tak perlu heran bila Liverpool mengalami konstelasi yang sulit musim ini. Pesan saja buat para pendukung setia Liverpool, "Jurgen Kloop tak dapat disalahkan begitu saja".

De Javu Jurgen Kloop

Kekalahan telak 3-1 atas Leicester ke King Power Stadium pada Sabtu (13/2/2021) mengulangi peristiwa menyakitkan bagi Kloop saat menukangi Dortmund. Kala itu Ia mengundurkan diri sebagai pelatih utama Dortmund usai tiga kekalahan beruntun dialaminya. Kekalahan tiga kali berturut-turut itu menjadi yang pertama baginya.

Setelah sebelumnya membawa perubahan besar-besaran bagi Dortmund, kekalahan itu menjadi penanda putusnya hubungan dengan klub yang ia besarkan. Kekalahan Jordan Henderson dan kawan-kawan melawan kesebelasan the foxes bisa saja mengulangi peristiwa enam tahun lalu itu.

Usai dari Jerman, Klop pun menukangi Liverpool yang saat itu tengah minim prestasi, Klop pelan-pelan memberi asa bagi the reds. Puncaknya adalah saat membawa the reds juara Liga Europa. Raihan itu pun semakin membuat publik yakin bahwa the reds akan kembali berjaya di liga Inggris dan Liga Champions. 

Betul saja dua  gelaran bergengsi itu diraih dengan penuh lika-liku. Membawa Liverpool dua kali ke final Liga Champions, dan menjadi kampiun di Madrid pada musim 2018/2019 kala mengalahkan Tottenham Hotspur dua gol tanpa balas adalah bukti kedua. Torehan itu semakin lengkap ketika menjuarai Liga Primer Inggris musim 2019-2020 didapat.

Bila melihat pengalaman Kloop selama melatih Dortmund, skenario pengunduran diri bisa jadi terjadi. Baik di Dortmund maupun di Liverpool tren dan kontribusi Klop bagi kedunya memiliki kemiripan. Membangun perlahan dari awal, juara liga dan final Liga Champions, hingga  kekalahan beruntun tiga kali di liga.

Akankah Klop mengalami hal yang  sama ? Atau malah diberi kesempatan lebih panjang ? Patut dinantikan.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun