Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Indonesia Pasar “Seksi” E-Commerce Asing, Bagaimana Proteksi Kita?

4 September 2016   09:18 Diperbarui: 4 September 2016   16:31 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Emaze.com

Indonesia memiliki populasi di atas 200 juta menurut data statistik BPS, dari berita terakhir yang di sebuah internet disebutkan, jumlah handphone di Indonesia, entah itu telepor pintar atau telepon tidak pintar melebihi jumlah penduduk Indonesia. 

Bisa jadi kalau dipukul rata-rata penduduk Indonesia semua umur, dari bayi sampai kakek–nenek memegang handphone. Mestinya tidak seperti itu, sudah menjadi penglihatan umum, banyak penduduk Indonesia, terutama di perkotaan memegang atau mempunyai handphone lebih dari satu, bahkan lebih dari 2 juga banyak. 

Bila satu ponsel terdiri 2 sim card, maka rata-rata pemegang handphone tersebut  mempunyai 4 nomor. Wow..., bisa jadi mereka tersebut adalah sosok–sosok yang super sibuk, dan banyak koneksi, atau memang untuk bisnis offline atau online.

Bonus demografi sedang menjadi topik hangat di media sosial sejak BKKBN menghembuskan isu tersebut di blog ini, BKKBN bukan tidak ada alasan melemparkan isu tersebut, bila menilik data sensus BPS tahun 2010, yakni piramida kependudukan Indonesia, tercatat di situ kelompok usia muda di Indonesia memang cukup, besar, diperkirakan sekitar 45-50% dari populasi penduduk Indonesia. 

Mereka berusia antara 20 -54 tahun. Selain itu, kualitas penduduk Indonesia juga makin membaik, salah satu indikator utama adalah tingkat harapan hidup manusia Indonesia makin, hal ini tercatat pada Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang dirilis oleh BPS juga, bila ingin tahu detilnya bisa mampir di situs BPS.

Fakta ini cukup menarik, bonus demografi memang memunculkan segenap implikasi kependudukan, yang menyangkut soal kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, lapangan kerja, namun juga menjadi sebuah kue pasar yang lezat bagi penyedian barang dan jasa, terutama untuk produk yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi dan gaya hidup /life style, yakni pakaian, gadget,  kosmetik, dll. 

Pertumbuhan situs online penyedia “marketplace” di Indonesia, baik lokal dan asing beramai–ramai memperebutkan kue dampak bonus demografi, mayoritas penduduk yang masuk dalam kategori bonus demografi mempunyai penghasilan dan kebutuhan itu. Apalagi sektor perbankan pun sekarang banyak memberikan kemudahan akses pembayaran kepada nasabahnya untuk membayar tanpa tunai.

Ceruk pasar yang besar, terutama di sektor pakaian dan gadget di kelompok penduduk ini menjadi incaran pasar bagi perusahaan toko online dari dalam dan luar negeri, seperti halnya Tiongkok, Indonesia adalah pasar yang “seksi” bagi pemasar–pemasar produk via online

Industri produk konsumen di Tiongkok bisa berkembang pesat karena pasar dalam negeri yang mampu menyerap habis produk–produk mereka, sekarang kelebihan produksi di sektor gadget dan pakaian Tiongkok mulai dipasarkan ke luar negeri lewat situ online, dengan metode kerjasama dengan situs lokal atau dengan sistim “dropship” dimana pemilik situs online lokal tidak perlu membuat stok barang sendiri. 

Penyedia layanan “dropship” di Tiongkok akan mengirimkan barang sesuai alamat dari pembeli. Sebuah kemudahan bisnis yang luar biasa, yang tak terbayangkan pada masa 10 lalu, saat ini semua orang bisa melakukan bisnis di rumah dengan mengandal sebuah perangkat komputer dan koneksi internet.

Indonesia sendiri memiliki pasar yang  “seksi”, sayang belum produsen “consumer good” kita melayanai semua kebutuhan dalam negeri, sehingga celah ini diambil oleh Tiongkok  yang sudah siap dengan “stock”, teknologi dan pemasar–pemasar handal di dunia maya.  Saat ini memang beberap situs “marketplace” lokal berusaha meraup peluang ini, baik yang bermodal sendiri atau yang dimodali dari dana ventura luar negeri.  Lalu bagaimana menumbuhkan lebih banyak enterpreneur digital agar pasar kita bisa kita kuasai sendiri? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun