Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Persaudaraan dan Etos Kerja dalam Sebentuk "Ti Kwe", Penganan Khas Imlek

24 Januari 2020   12:47 Diperbarui: 25 Januari 2020   19:01 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ti kwe atau kue keranjang (dokpri)

Tahun baru Cina ( Imlek) biasanya jatuh pada minggu terakhir tiap bulan Januari. Setiap tahunnya selalu dimeriahkan oleh berbagai atribut dan kuliner khas Cina. Salah satunya adalah "Kue Keranjang" atau "Dodol Cina" atau "Nian Gao" . Dalam dialek Hokkian disebut  "ti kwe" artinya kue manis.

Pada pertengahan bulan Januari  kue ini biasanya  sudah tersedia di rumah - rumah  keluarga  Cina tradisional. Meski tidak setiap tahun hari raya Imlek jatuh pada bulan pertama, bisa di bulan kedua tergantung posisi bulan pada orbit. Tidak semua keluarga itu membuat kue itu sendiri seperti pada masa lalu, kini tersedia di banyak toko khas di kawasan Pecinan. 

Umumnya keluarga Cina tradisional menyediakan kue keranjang tujuh hari menjelang Imlek, peruntukan kue tersebut sebagian untuk kudapan sendiri dan sebagian lagi sebagai panganan sesajian (sesajen) di altar pemujaan. 

Kue keranjang untuk sesajian biasanya tersedia 7 hari sebelum Imlek dan tidak boleh dimakan sampai 15 hari setelah Imlek atau disebut hari "Cap Go Meh".  Secara tradisional "Cap Go Meh"  jatuh pada hari saat bulan purnama penuh.

Penanggalan masyarakat tradisional Cina berbeda dengan barat yang mengacu kalender Gregorian. Masyarakat Cina memiliki kalender sendiri disebut kalender "Yin" (kalender pertanian), kalender ini dihitung atas perhitungan bulan. 

Sedangkan kalender Gregorian (Yang)  mendasarkan pada perhitungan matahari, Cina menggunakan kedua kalender itu seperti halnya negara - negara Islam dengan kalender "Hijriyah" atau negara - negara Hindu dengan kalender "Saka".

Kuliner Khas Imlek

Mengapa disebut " kue keranjang" ? Sebutan ini berasal dari wadah cetakannya berbentuk keranjang kecil bolong - bolong yang terbuat dari anyaman bambu.  Ada juga yang menamainya "kue bakul" mungkin karena wadahnya seperti bakul berukuran kecil  yang terbuat dari anyaman bambu.

Kue keranjang atau "Nian Gao" berasal dari kata "Nian artinya tahun dan " Gao" bisa diartikan kue atau sesuatu yang tinggi. Tak heran bila kue ini sering ditata bertingkat seperti piramida Mesir. Susunan ini mempunyai makna filosofis yakni harapan peningkatan rezeki atau kemakmuran pada satu tahun ke depan.

Tingginya susunan ini di masa lalu menjadi penanda strata sosial dari keluarga tersebut.  Semakin tinggi tingkatan atau susunannya artinya semakin tinggi kemakmuran atau kekayaan keluarga tersebut.

Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.

Setiap masyarakat mempunyai harapan - harapan  yang terefleksikan dan ter-simbolisasi dalam bentuk makanan, pakaian, rumah dan lain - lainnya. "Ti kwe" adalah salah satu simbolisasi ketaatan, harapan dan etos masyarakat Cina tradisional. 

Panganan ini  bagian dari ritual tahunan pengikut Taoisme yang dikenal sebagai agama Konghucu di Indonesia. Mitosnya, "Nian Gao" dipersembahkan kepada  salah satu Dewa yang bertugas menyampaikan pesan umat ke Raja Surga.

Kalender Imlek atau juga disebut Khongcu-lek  dihitung mulai dari tahun lahirnya Nabi Kongzi tahun 551 SM, contohnya tahun 2020 ini berarti tahun 551+2020= 2571 Imlek. 

Kalender ini pertama kali diciptakan oleh Huang Di, seorang Nabi / Raja Agung dalam agama  Khonghucu di era Dinasti Xia (2205-1766 SM). Jatuh bangunnya Dinasti di daratan Cina  perubahan sistem kalender juga berubah, baru satu dinasti Han (140-86 SM) sistem kalender dikembalikan seperti di era Dinasti Xia.

Filosofi Nian Gao

Sekilas "ti kwe" warna dan bentuknya mirip makanan "dodol Jawa". Bedanya " dodol Cina" ini tidak menggunakan santan sebagai bahan, sedangkan "dodol Jawa" memakai campuran santan. 

Kue keranjang rasanya sangat manis dan kenyal di mulut.  Resep  umum kue ini adalah tepung beras ketan, tepung sagu, gula pasir (bisa diganti gula merah), daun pandan. 

Pada masa lalu, warna merah kecoklatan dari kue ini berasal dari gula putih yang dicairkan selama 12 jam. Kini cara pengolahan tersebut sudah jarang dilakukan, biasanya  pembuat kue ini memanfaatkan gula merah atau aren sebagai pewarna merah. 

Pengolahan kue keranjang cukup sederhana, gulai pasir dan air dipanaskan sampai gula larut, tambahkan daun pandan, lalu dicampur dengan tepung beras ketan dan sagu. Diaduk sampai rata, kemudian dituangkan cetakan dan direbus selama 2 - 4 jam.

Proses memasak kue ini sekilas memang tampak sederhana, di masa lalu konon setiap tahap memasak ada pantangan - pantangan khusus. Kini tata cara pembuatannya tak lagi mengikuti tradisi secara kaku baik dari segi bahan dan masa waktu pengolahan.

Kehadiran kue keranjang pada perayaan Imlek dalam tradisi Cina bermakna seperti penutup langit agar tidak hujan. Maksudnya kue yang dibuat hanya tahun sekali ini adalah simbol untuk menutup hal - hal buruk saat perayaan Imlek dan keyakinan selalu mendapat kebaikan di hari selanjutnya.

Secara fisik, rasa, masa waktu pengolahannya juga sebuah refleksi harapan dan keyakinan masyarakat tradisional Cina. Berikut filosofinya  :

  • Kue keranjang dibuat dari tepung ketan yang punya sifat lengket,bermakna persaudaraan yang begitu erat dan selalu menyatu. 
  • Rasanya yang manis dari gula menggambarkan rasa suka cita, menikmati keberkatan, kegembiraan, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup.
  • Bentuk bulat dari kue keranjang tanpa sudut di semua sisi melambangkan pesan kekeluargaan, hubungan tak pernah putus dan kebersamaan tanpa batas akhir.
  • Kekenyalan pada kue sebuah cerminan karakter gigih, ulet, daya juang, dan pantang menyerah untuk meraih tujuan hidup.
  • Daya tahannya yang cukup lama mempunyai arti kesetiaan, tolong menolong,  hubungan yang abadi biarpun jaman telah berubah. 
  • Proses pembuatan makan waktu begitu lama yaitu sekitar 11 -- 12 jam mencerminkan kesabaran, keteguhan hati, serta cita-cita untuk mendapatkan hasil maksimal. 

Selamat Imlek !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun