Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger ajah

blogger @ sigitbud.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Persaudaraan dan Etos Kerja dalam Sebentuk "Ti Kwe", Penganan Khas Imlek

24 Januari 2020   12:47 Diperbarui: 25 Januari 2020   19:01 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ti kwe atau kue keranjang (dokpri)

Setiap masyarakat mempunyai harapan - harapan  yang terefleksikan dan ter-simbolisasi dalam bentuk makanan, pakaian, rumah dan lain - lainnya. "Ti kwe" adalah salah satu simbolisasi ketaatan, harapan dan etos masyarakat Cina tradisional. 

Panganan ini  bagian dari ritual tahunan pengikut Taoisme yang dikenal sebagai agama Konghucu di Indonesia. Mitosnya, "Nian Gao" dipersembahkan kepada  salah satu Dewa yang bertugas menyampaikan pesan umat ke Raja Surga.

Kalender Imlek atau juga disebut Khongcu-lek  dihitung mulai dari tahun lahirnya Nabi Kongzi tahun 551 SM, contohnya tahun 2020 ini berarti tahun 551+2020= 2571 Imlek. 

Kalender ini pertama kali diciptakan oleh Huang Di, seorang Nabi / Raja Agung dalam agama  Khonghucu di era Dinasti Xia (2205-1766 SM). Jatuh bangunnya Dinasti di daratan Cina  perubahan sistem kalender juga berubah, baru satu dinasti Han (140-86 SM) sistem kalender dikembalikan seperti di era Dinasti Xia.

Filosofi Nian Gao

Sekilas "ti kwe" warna dan bentuknya mirip makanan "dodol Jawa". Bedanya " dodol Cina" ini tidak menggunakan santan sebagai bahan, sedangkan "dodol Jawa" memakai campuran santan. 

Kue keranjang rasanya sangat manis dan kenyal di mulut.  Resep  umum kue ini adalah tepung beras ketan, tepung sagu, gula pasir (bisa diganti gula merah), daun pandan. 

Pada masa lalu, warna merah kecoklatan dari kue ini berasal dari gula putih yang dicairkan selama 12 jam. Kini cara pengolahan tersebut sudah jarang dilakukan, biasanya  pembuat kue ini memanfaatkan gula merah atau aren sebagai pewarna merah. 

Pengolahan kue keranjang cukup sederhana, gulai pasir dan air dipanaskan sampai gula larut, tambahkan daun pandan, lalu dicampur dengan tepung beras ketan dan sagu. Diaduk sampai rata, kemudian dituangkan cetakan dan direbus selama 2 - 4 jam.

Proses memasak kue ini sekilas memang tampak sederhana, di masa lalu konon setiap tahap memasak ada pantangan - pantangan khusus. Kini tata cara pembuatannya tak lagi mengikuti tradisi secara kaku baik dari segi bahan dan masa waktu pengolahan.

Kehadiran kue keranjang pada perayaan Imlek dalam tradisi Cina bermakna seperti penutup langit agar tidak hujan. Maksudnya kue yang dibuat hanya tahun sekali ini adalah simbol untuk menutup hal - hal buruk saat perayaan Imlek dan keyakinan selalu mendapat kebaikan di hari selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun